Sunday, March 29, 2009
Tua di Jalan
Hari Kamis kemarin, aku dan suamiku berkunjung ke rumah omku yang di Bekasi. Mumpung tanggal merah dan kami punya waktu yang cukup longgar. Lagi pula, dengan ada kereta ke Bekasi, perjalanan tak butuh waktu lama. Cuma 15 menit. Sungguh, kereta api (KRL) memang terbukti menghemat waktu.
Sesampainya di sana, aku bertemu dengan para sepupuku yang rasanya kok sudah tambah besar saja ya? Seingatku, mereka dulu masih SD lo. E ... lha kok sekarang sudah kuliah? Pas makan bersama, aku mengobrol dengan Dita, adik sepupuku yang baru masuk kuliah.
"Sekarang kuliah di mana, Dit?"
Dia kemudian menyebutkan sebuah universitas yang lumayan elit di daerah Grogol. Aku langsung teringat perjalananku ke Grogol dengan seorang temanku. Rasanya, rumahku yang di Jakarta Timur dengan Grogol itu ibarat perjalanan dari Sabang sampai Merauke. Hehehe, berlebihan ya? Pokoknya jauuuuh bangeeet! Padahal rumah omku itu kan di Bekasi, lebih timur lagi dari rumahku. Biuh! Tak terbayangkan berapa lama perjalanan untuk ke sana. Belum lagi kalau kena macet dan terpapar polusi; capeknya kayak apa ya?
"Berapa lama perjalanan ke sana?" tanyaku lagi.
"Dua setengah jam," katanya enteng.
Ya ampun! Dua setengah jam? Itu ibarat perjalanan dari Madiun ke Solo dengan naik kendaraan umum. Aku membayangkan, seandainya dulu aku nglaju dari Madiun ke Solo tiap hari untuk kuliah, bisa capek lahir batin deh! Dan mana sempet belajar? Harus diakui, stamina sepupuku itu luar biasa. Tepuk tangan deh buat Dita.
Dari obrolan singkat itu, aku berpikir bahwa Jakarta ini sangat tidak efisien dalam hal waktu. Aku yakin, tak hanya sepupuku yang bolak-balik Bekasi-Grogol dan menghabiskan waktu total 5 jam untuk perjalanan. Lima jam, Sodara-sodara! Dan waktu sebanyak itu hanya digunakan untuk duduk di dalam kendaraan. Mungkin bisa diisi dengan membaca buku, makan, menelepon (itu kalau dia nggak nyupir sendiri), dandan (?). Mungkin sesekali dia mengerjakan tugas atau tidur. Tapi yang jelas di dalam mobil (apa lagi kendaraan umum) tak bisa disambi mandi atau masak kan? Hihihi.
Coba hitung, kalau sebulan dia masuk sampai hari Jumat, berarti dia menghabiskan waktu di jalan: 5 jam x 20 = 100 jam = kurang lebih 4 hari duduk manis di dalam kendaraan. Biyuh ... biyuh! Hal seperti itu membuatku makin teguh untuk tidak kerja kantoran di Jakarta. Benar-benar bisa tua di jalan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
12 comments:
Aku tiap hari ngabisin tiga jam di jalan, Menik.
Tapi di sini sejuk heheh :)
@ DV:
3 jam? kalo naik kereta sancaka dari jogja ke madiun, paling pol 3 jam. biasanya 2,5 jam. hehehe. tapi memang semua itu ada "harganya" ya don. klo mau kerja ya mesti menghabiskan waktu di kendaraan umum.
aku pernah tuh ngajar di suatu univ yang membutuhkan waktu 2,5 jam one way, atau 5 jam pp. cuma tahan setahun, langsung keluar. (gajinya kecil juga sih hihihi)
EM
@ Emiko:
Dulu pas di Jogja, aku merasa rumahku dan kantorku udah jauuuh banget. perjalanan naik motor minimal 20 menit. kalau santai 30 menit. tp ternyata di jkt ini perjalanan 30 menit dibilang "cepet" atau "deket"
Masalah tua dijalan jika tinggal di jkt udah bertahun2 ada, tp penyelesaiannya nggak ada.
Sebenarnya ini bukan masalah jauh-dekat sih, tp lebih ke masalah transportasi dan pilihan.
Masalah transportasi sih nggak usah dibahas sama kita2, toh yang kampanye pemilu bisa koar2 ttg hal ini panjang lebar koq.
Masalah pilihan termasuk pilihan tempat tinggal boleh jd bisa lsg diaplikasikan sendiri. Hitung aja sendiri efisiensi kuliah dan tempat tinggal dihitung dr biaya, waktu dan tetek bengek lain. Lebih efisien mana tinggal dirumah ortu atau ngekos. Itu pilihan masing2.
Dulu wkt msh krj di Tangerang, ada rekan sekantor (umur jauh diatasku) yg tinggal di Bekasi. Bayangkan saja utk pergi butuh wkt 3 jam, tp pulang bisa ditempuh cuma 1.5 jam (kalau pulang malam lwt dr jam 9 udah nggak macet). Kalau beliau sih pertimbangannya keluarga (punya anak).
@ Yusahrizal:
Benernya kalau kereta sudah bagus banget, masalah transportasi di jkt ini lumayan membantu. Dan memang sih, memilih di mana kita mau tinggal bisa sangat membantu. Mungkin sepupuku itu masih "mbok-mboken", jadi dia merasa lebih enak kalo deket sama ortunya.
maka itu aku suka sekali dengan tempat tinggalku sekarang, dan kantorku. bayangkan hanya 15 menit, itu pun sudah bermacet-macet. buat aku jakarta memang kecil sekali, seputaran tengah sini aja. itu sudah cukup. suasananya cukup bandung, kecuali bagian panasnya
@ Mellyana:
wah asyik tuh bisa nemu tempat tinggal yg deket kantor! :)
weeehh.. aku jadi inget setahunan lalu di jogja kalo ngantor cuma butuh 5 menit dari kos. tp di jakarte sini butuh 5 menit untuk giliran menghirup oksigen, soale sesak oleh polusi, siy..
sekarang aku di jakarta sini makan waktu 1,5 perjalanan ngantor tapi asik juga siy, bisa sante juga kok.. baca2 buku sambil denger radio lewat CDMAku, bisa ngelamun mikir masa depan, bisa terkantuk-kantuk juga, dan yg paling diharapkan bisa ketemu cowo ganteng, hehe ...
ya semuanya ada enak gak enaknya siy, gmana kita "manfaatin" aje
:D
@ Lena:
Iya len, tergantung kitanya sih. tp kalau mau itung2an, tetep aja nggak efisien.
Gak efisien hidup di Jakarta, tapi kok sepertinya "semua" orang malah ke Jakarta? Seperti Mbak dan saya he he he he
@ Miktam Lilo
Mungkin kalau di Jogja banyak lowongan pekerjaan yg menjanjikan, orang berbondong2 ke Jogja Mas. Bedol deso dari Jakarta yg memang ndeso ini
Post a Comment