Monday, February 02, 2009

Susah-susah Gampangnya Menerjemahkan Teks
Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia


Pernah bekerja di sebuah penerbitan buku membuatku jadi tahu apa yang dikerjakan sebelum sebuah buku terbit. Dulu tahunya cuma beli buku trus baca sampai habis. Gitu aja. Dan sebelum kerja di penerbitan, aku juga tidak terlalu memerhatikan bahasa. Baru setelah sedikit-sedikit menulis artikel, aku jadi mulai memerhatikan susunan kalimat, hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf, tanda baca, dll. Itu adalah hal-hal sepele, tapi penting. Ibarat memasak masakan, hal-hal itu seperti bumbu. Kalau masakan kebanyakan garam, kan tidak enak :)

Nah, biasanya yang memerhatikan hal-hal itu adalah orang yang memang sudah biasa menulis atau dia adalah seorang penulis. Minimal orang yang suka membaca. Yang lain? Wah, jangan terlalu banyak berharap.

Suatu kali aku ditelepon kakakku. Berikut ini adalah kutipan obrolan kami.
Kakak: "Kemarin aku butuh orang untuk menerjemahkan angket, dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Dosenku minta yang menerjemahkan adalah orang yang benar-benar pernah tinggal di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Dan dia minta yang menerjemahkan nggak cuma satu orang. Supaya bisa dibandingkan. Jadi, aku pakai dua orang. Tapi kok hasilnya nggak bagus ya? Lebih bagus waktu aku minta kamu yg menerjemahkan."

Aku: (Hihihi ... GR juga nih dibilang terjemahanku bagus.) "Yah, emang begitu kok."

Kakak: "Begitu piye to?"

Aku: "Orang yang nggak biasa dengan bahasa tulis, belum tentu bisa menerjemahkan dengan baik. Mungkin dia mengerti apa maksud teks aslinya, tetapi dia belum tentu bisa menuliskan terjemahan itu dengan baik. Biasanya sih menuliskan terjemahannya asal."

Kakak: "Asal bagaimana?"

Aku: "Ya, asal. Apa yang muncul di kepala langsung ditulis. Kalimatnya tidak ditata. Orang yang enggak bisa menulis, memang tidak biasa menyusun kalimat. Menyusun kalimat butuh keterampilan tersendiri. Pilihan kata yang dipakai juga belum tentu bagus."

Kakak: "Oh gitu ya? Kalau begitu, aku kayaknya butuh orang yang bisa merapikan terjemahan itu deh. Kamu ada teman nggak?"

Aku: "Ada. Bla ... bla ... bla."

Obrolan selanjutnya nggak perlu dituliskan ya. Kepanjangan nanti :)

Menurutku, orang Indonesia yang bisa cas cis cus bahasa Inggris, belum tentu bisa menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dengan baik. Tidak jaminan. Kalau dia bukan pembaca atau penulis yang baik, biasanya sih ... nggak usah ngarepin deh. Penerjemah yang bagus biasanya juga penulis yang bagus pula. Misalnya, Sapardi, HB. Yasin, Pramoedya, dll. Bahasa lisan dan bahasa tulis itu berbeda. Dan sayangnya di Indonesia, bahasa tulis memang belum terlalu bagus.

Penerjemahan bukan soal menerjemahkan kata per kata, tetapi nuansa yang terkandung di dalamnya harus ikut diterjemahkan. Diksi atau pilihan kata merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan. Hal-hal seperti itu diasah lewat kebiasaan membaca dan menulis :)

6 comments:

Anonymous said...

Wah, ilmunya mulai keluar..
Ayo ditularkan lagi yang lainnya, Kris!

Anonymous said...

ya memang benar, sebetulnya nanti masalahnya bukan lagi melulu mengerti bahasa asing itu, tapi justru penguasaan bahasa Indonesianya.
Kalau tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik, akan sulit.

EM

krismariana widyaningsih on 4:43 PM said...

@ DV:
wah, benernya ada yg punya ilmu lebih jago dari aku. hehehe.

@ Ikkyu san:
Iya Mbak Imelda,kadang orang cuma mementingkan penguasaan bahasa Inggris. tapi benernya bahasa Indonesia juga penting banget. orang sering nggak menyadari hal itu.

Anonymous said...

Wahh Kris hebat...memang kita tak bisa begitu saja menterjemahkan..makanya kalau buku-buku manajemen dsb nya saya lebih suka bahasa aslinya (bahasa Inggris) daripada terjemahan, karena kok jadinya aneh. Penterjemah buku-buku tertentu paling tidak juga tahu istilah ilmu yang digunakan tsb.

Woo...pekerjaanmu menarik ya...kapan nih kita ketemuan....duhh mulai susah nihh cari waktunya

krismariana widyaningsih on 3:44 AM said...

@ edratna
iya, Bu... benernya lebih asyik tuh kalau kita bisa baca buku aslinya (yg versi bhs Inggris). ibarat kita makan pecel Madiun, rasanya pasti lebih pas kalau makan pecelnya di pecel langganan saya di jalan Barito atau di jalan Cokro. kalau sudah diterjemahkan, kadang rasanya beda. dan untuk itu, penerjemah mesti pintar2 memindahkan nuansa dr teks aslinya. biar rasanya nggak hilang.

btw, boleh juga kalau mau ketemu Bu. email saya aja. siapa tahu kita bisa ketemu. mumpung saya juga masih di Jkt :)

AndoRyu on 10:41 AM said...

Hmmmm.... bahasa Indonesiaku acak kadut, bahasa Inggrisku kacau balau, bahasa Jepangku hancur lebur. Andalanku cuma satu bahasa belitong :P

Gak laku kali yah???