Sebuah Pelajaran
Belum lama ini aku mendapat kabar kalo seorang temanku mengidap kista di organ reproduksinya. Hhh! Kabar itu mengingatkanku akan pengalamanku beberapa waktu lalu, ketika aku akhirnya memutuskan untuk operasi (setelah didorong2 oleh beberapa orang di sekelilingku). Ada kista dalam perutku. dengan berbagai pertimbangan, aku akhirnya manut untuk dibedah.
Hiks!
Kalau ingat itu, aku jadi paranoid dengan dokter SpOG. Rasanya aku jadi pesakitan yang serba salah di depan bapak-bapak dokter itu. Tidak ada jalan keluar yang benar-benar memuaskan.
Trus, beberapa waktu lalu, aku telpon-telponan dg temanku. Ternyata dia dulu kena kista juga. Bedanya, dia ke sinshe dan sembuh. Mahal sih obatnya. Dan biayanya tidak bisa diganti oleh kantor tempat dia bekerja. Ini pula yang dulu jadi pertimbanganku.
Kadang kalau melihat bekas operasi di perutku ini, aku jadi menyesal. Masih ada rasa tidak terima, takut, sebel saat mengingatnya. Gimana gitu rasanya :( Coba dulu aku lebih rajin mencari pengobatan alternatif. Seandainya aku tidak begitu saja mau didorong2 oleh orang di sekelilingku... Ah!
Tapi sudahlah. Bagaimanapun ada pelajaran-pelajaran penting yg aku dapatkan ketika kista itu masih ada di perutku dan aku memutusan untuk operasi. Pelajaran untuk lebih bersyukur, lebih terbuka akan kehendak Tuhan, untuk empati pada orang-orang sakit.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment