Parno
Entah sejak kapan istilah "parno" alias paranoid itu mulai semarak di ranah obrolan anak muda. Tapi yang jelas aku juga ikut-ikutan menggunakan istilah parno sekarang.
Begini, sejak aku tinggal di Jakarta, aku parno saat ada orang berseru berulang kali, "Assalamualaikum ...!" Soalnya kalau teman atau tetanggaku datang, biasanya mereka akan menyebut namaku langsung. Atau karena mereka sudah memberi tahu terlebih dahulu, aku biasanya sudah bersiap menyambut mereka bahkan sebelum mereka membuka pagar depan.
Ini beda lagi kalau yang datang tukang pos atau petugas kurir yang mengantarkan naskah atau buku. Biasanya mereka akan mengetuk2 pagar sampai berbunyi gedumbrangan. Dan lagi-lagi mereka tak mengucapkan "Assalamualaikum ...!"
Jadi, ketika suatu siang ada suara seorang perempuan mengucapkan "Assalamualaikum ...!", aku hanya mengintip dari balik jendela. Untung jendela rumah yang kutempati ini gelap. Maksudku, orang dari luar tak akan bisa melihat sisi dalam rumah ini. Maka, aman jika aku berdiri di balik jendela dan melihat siapa yang datang. Aku tak mengenal perempuan yang berseru-seru di depan pagar itu. Yang jelas, bukan tetangga sekitar sini. Kulitnya gelap dan bajunya menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak peduli pada mode. Jauh. Dia berseru berulang kali, dan aku masih ragu apakah aku sebaiknya keluar atau tidak. Mendadak aku merasa takut. Aku takut kalau-kalau dia punya maksud buruk. Padahal aku sendirian di rumah. Wah, gawat! Lha kalau dia tiba-tiba menghambur masuk ke rumah ini bagaimana? Tapi di sisi lain, aku juga kasihan. Di tengah teriknya matahari, dia berdiri sambil memegangi pagar depan. Jangan-jangan dia membutuhkan bantuan. Dan aku masih saja berdiri mematung tak tahu harus berbuat apa.
Akhirnya perempuan itu pergi setelah tetangga sebelahku mengatakan, "Belum pulang Bu!" Wah, leganya aku. Lalu tetanggaku bertanya apa tujuannya. Dia lalu menjawab bahwa dia mencari kontrakan. (Oalah ... )Mungkin dia diberitahu orang bahwa rumah yang sudah kami tempati ini dikontrakkan.
Dan siang ini aku mendengar suara lelaki yang berseru, "Assalamualaikum ...!" berulang kali. Duh, siapa pula ya? Dari balik jendela, aku melihat seorang pemuda sambil membawa brosur berdiri di balik pagar. Dan aku mendadak merasakan ketakutan seperti ketika melihat perempuan berpenampilan ndeso tempo hari. Aku parno. Jika dia seorang sales, aku takut jika dia memaksaku membeli barang jualannya.
Tapi akhirnya aku diselamatkan tetangga depan rumahku yang mengatakan bahwa tak ada orang di rumah ini. "Belum pulang, Mas! Masih di kantor." Hehehe. (Dan aku memang masih berada di "kantorku", di depan komputer sambil menulis blog.)
Sunday, January 11, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Hehehe parno aku ya parno kok...
Kalau ada orang suluk salam tidak biasanya malah dadi aneh yo Jeng..
Lho btw kok wes iso ngeblog maneh, komputere wes mari ?
Salam dari jauh!
iyo don, jebul aku wedi karo wong asing. po neh nek mereka menyapa atau uluk salam nganggo bahasa sing asing.
hehe, komputerku wis mari. wingi dibantu karo pemilik warnet ngarep. bul sik ono wong apikan neng jakarta :P
Post a Comment