Tuesday, May 05, 2009

Curhat ... Ujung-ujungnya?

Sejak di Jakarta ini, tak lama setelah bangun tidur aku biasanya akan menghidupkan komputer plus menghidupkan radio. Ketika suamiku sarapan dan siap-siap mau berangkat kerja, aku asyik membuka file kerjaan dan mendengarkan I-radio yang sedang siaran Pagi-pagi. Dan rasanya mendengarkan siaran Pagi-pagi itu sudah menjadi semacam "kewajiban". Penyiarnya, Rafiq dan Poetri, bener-bener konyol deh.

Nah, ceritanya dua hari ini yang dibahas soal perselingkuhan. Seru deh. Serunya karena orang-orang yang selingkuh itu ada yang telepon. Jadi bisa mendengarkan cerita mereka langsung. Seperti yang kemarin tuh, ada perempuan single yang cerita bahwa dia selama ini sudah pernah pacaran sama suami orang sampai dua kali. Dan tahu nggak, dia itu pengennya kalo dapat suami ya yang bekas suami orang gitu. Dia tidak tertarik dengan laki-laki single. Duh ... gawat!

Btw, kenapa sih orang bisa selingkuh? Rata-rata awalnya adalah curhat. Iya, curhat biasa gitulah. Tapi kali ini curhatnya ke lawan jenis alias suami atau istri orang. Nah, dari yang awalnya curhat biasa, akhirnya keterusan deh. Mulai timbul rasa simpati, pengen melindungi, pengen memberi kelegaan, trus ... trus ... akhirnya kencan berdua. Dan akhirnya, tanpa disadari akhirnya timbullah perselingkuhan.

Umur pernikahan kami baru satu tahun. Dan aku tak ingin rumah tangga kami hancur hanya gara-gara orang ketiga. So, pelajaran agar tidak curhat ke sembarang orang mesti kami perhatikan baik-baik. Begitu pula kalau ada lawan jenis yang mau curhat, mesti pintar-pintar memberi pengertian kepada orang yang bersangkutan. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Iya, kan?

10 comments:

DV on 4:02 PM said...

Setuju!
Curhat atau lebih mendasar lagi "komunikasi" adalah kunci segalanya.

Aku pernah terjebak seperti itu, dan kerap menjebak begitu years ago ago ago! :)

AndoRyu on 5:10 AM said...

Curhat lewat blog aja. tidak terfokus pada satu orang dan yang penting bisa jadi rahasia umum (selingkuh khan terjadi karena curhat secara diam2)

Suamimu nggak bakalan curhat sama lawan jenis koq dan aku yakin soal itu. Masalahnya banyak lawan jenis yg tertarik curhat sama dia, hehehe...

Semoga pernikahannya langgeng, sejahtera, aman sentosa dan berguna bagi bangsa dan negara.

edratna on 6:15 PM said...

Kalau sudah punya suami atau isteri, selayaknya curhatnya ke pasangan kita.
Kalau hubungan sedang bermasalah, curhatnya ke psikolog (risikonya mesti bayar)...tapi ini penting, karena kita sering mendengarkan pendapat orang lain yang dianggap menguasai bidangnya, dibanding pasangan kita sendiri, terutama jika lagi dua2nya panas.

Curhat pada sahabat sesama jenis juga boleh, namun perlu dipertimbangkan risiko nya, karena kadang si teman bisa membocorkan lagi pada orang lain.

AndoRyu on 12:10 PM said...

sori nih, takut salah tanggapan. curhat itu yang kepanjangan dari curang dan jahat yah????

krismariana widyaningsih on 6:41 AM said...

@ DV
Iya, Don ... kalau sudah terbawa dalam suasana curhat, orang kan kadang pengennya menjadi juruselamat. Padahal itu kan nggak mungkin. Ujung2nya bisa selingkuh deh

@ Yusahrizal
Makasih doanya, ya! Curhat tuh bukan curang dan jahat, tapi menumpahkan isi hati alias singkatan dari curahan hati.

@ Edratna
Wah, untung kakak saya orang psikologi. Jadi, bisa curhat nggak bayar, Bu hehehe

AndoRyu on 11:42 AM said...

Oooohhh, curahan hati toh.
Maksudnya bikin buku diary atau nge-blog yah (nulis diary lewat blog sama dgn curhat khan?).

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) on 8:26 PM said...

hehehe...aku curhat sama Tuhan aja deh...paling aman!

imelda on 10:34 PM said...

hehehe, awalnya emang curhat sih. Makanya kalo cari temen curhat yang lain jenis itu, pilih yang jaraknya ngga bisa ditempuh. Yang satu di jakarta, yang satu lagi di antartika. Susah deh tuh mau selingkuh.

EM

krismariana widyaningsih on 11:02 PM said...

@ Retty
Kalau curhat sama Tuhan kan nggak bisa langsung dijawab heheh.

@ Imelda
Sekalian aja curhat sama alien mbak :p

BRAM WIJAYA on 7:16 PM said...

salam lenal