Monday, May 18, 2009

Apa yang Perlu Dipelajari Anak SD?

Tulisan ini kutulis karena beberapa hal yang kulihat, kudengar, dan kubaca beberapa waktu belakangan ini. Pertama, beberapa minggu lalu, aku ke rumah temanku dan sempat menyaksikan acara "Are You Smarter Than Fifth Grader"? Kalau tidak salah, begitu judul acaranya. Acara itu ditayangkan oleh Global TV, pembawa acaranya Tantowi Yahya. Kedua, beberapa minggu (atau hari) yang lalu, aku mendengar di I-Radio, di acara Pagi-pagi, ada pendengar yang anaknya akan ujian akhir kelas 6, menanyakan apa itu mimikri. Ternyata banyak tuh yang lupa apa itu mimikri :) Ketiga, waktu aku membaca blognya Mbak Imelda dan dia menceritakan anak sulungnya, Riku, yang tidak mau belajar di SD. Sepertinya Riku mulai merasa bosan dan menganggap sekolah tidak menarik.

Kadang aku berpikir, apakah semua pelajaran di bangku SD yang kudapat itu penting? Ya, aku ingat aku belajar tentang mimikri waktu SD. Ya, aku ingat, aku menghapal semua nama ibu kota di dunia ini--dan merasa menjadi anak paling pintar ketika bisa menghapal seluruh buku berjudul RPUL. Aku lupa apa kepanjangan RPUL itu, tetapi itu kumpulan nama-nama penting dan aku selalu tertawa ketika melihat buku itu sekarang. Tetapi, kok rasa-rasanya apa yang aku pelajari itu tidak terlalu penting bagi hidupku sekarang ya? Dan nilai-nilai bagus dari ujian di bangku sekolah dulu akhirnya hanya menjadi kebanggaan semu. Semua tak berarti apa-apa--menurutku saat ini.

Aku jadi berpikir, apa sih yang sebaiknya dipelajari di Sekolah Dasar? Begini, namanya juga Sekolah Dasar, berarti yang dipelajari di sana adalah semua hal mendasar yang bisa menjadi fondasi pembelajaran selanjutnya. Ibaratnya, Sekolah Dasar itu menumbuhkan tangan dan kaki seorang anak agar selanjutnya dia bisa melangkah dan menjulurkan tangan sendiri untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak di kemudian hari. Nah, jadi dengan kata lain, di masa SD itulah seorang anak mulai dirangsang minatnya untuk belajar--bahwa belajar itu menyenangkan dan berguna bagi kehidupannya di masa depan.

Aku masih ingat, belajar di masa sekolah dulu rasanya kok kurang menyenangkan ya? Buku yang dipakai adalah buku-buku diktat yang bahasanya kaku, tidak mengalir. Dan yang menyebalkan, semua itu harus dihapal supaya bisa mendapat nilai bagus. Ugh! Capek deh. Akibatnya ketika melihat tumpukan buku diktat, mulai deh muncul rasa malasku. Padahal sekarang ini, ketika aku sudah sebesar dan setua ini, buku pelajaran atau buku yang memuat pengetahuan itu bisa dibuat lebih menarik dan menyenangkan lo! Di toko-toko buku sekarang mulai banyak komik tentang fisika, kimia, matematika, dan masih banyak lagi.

Dan beberapa waktu lalu, aku menerjemahkan buku-buku anak yang sangat menarik. Buku-buku itu konsepnya cerita bergambar yang membahas air, sampah, iklim di bumi, dan masih banyak lagi. Dan sungguh, kemasan buku itu sangat menarik bagi anak-anak. Gambarnya warna-warni, dialog-dialognya tidak menggurui, dan pengetahuan yang disampaikan juga mudah dimengerti. Mudah dimengerti lo, bukan mudah dihapal.

Jadi, sekarang pertanyaan, "Are you smarter than fifth grader?" (Apakah Anda lebih pintar daripada anak kelas 5?) masih relevan? Aku rasa tidak. Lha, yang dipelajari saat kelas 5 tidak kita pakai di hidup kita sekarang kok. Dan kadang aku bertanya-tanya, apakah jangan-jangan aku hanya membuang waktu selama enam tahun untuk belajar sesuatu yang tidak penting? Duuuh ....

Aku rasa, pelajaran penting yang perlu diajarkan ketika SD adalah pelajaran bahasa, kemapuan berlogika, dan berhitung. Menurutku, ketiga hal itu adalah fondasi bagi seseorang agar bisa belajar secara mandiri. Dan yang penting lagi, semuanya diberikan secara menarik dan dalam suasana yang menyenangkan. Jadi, setiap anak tak perlu dipaksa untuk belajar. Hmm ... bagaimana menurut kalian?

8 comments:

AndoRyu on 7:06 AM said...

mimikri = sejenis jangkrik? wakakak

Aku jg kepikiran sih sekarang. Buat apa ngapalin tahun berapa perang diponegoro berlangsung. toh kalau hapal dan tahu jg gak ada gunanya. mendingan mengerti konsep kenapa diponegoro berontak. apalagi jaman sekarang kalau pengen tahu tinggal tanya mbah google atau Ki Yahoo yg segala tahu. tak perlu menghapal, ngabisin kapasitas ingatan otak.

DV on 2:11 PM said...

Aku setuju!
Cah SD mending diajari bahasa, moral, logika dan seni.
Anak2 di sini juga gitu Kris, mereka belajar yg ringan2, baru deh ketika akan penjurusan
Mereka diberi yg berat2....

Anonymous said...

lagi pula yang kita pelajari di SD itu banyak bo'ongnya. penemu bola lampu itu bukan Thomas Alpha Edison. Penemu mesin uap juga bukan James Watt. kitab suci orang kristen juga bukan injil. kitab suci agama buddha juga bukan tripitaka. agama hindhu juga tidak hanya mengakui tiga dewa trimurti. kebenaran itu tidak sesimpel yang di buku pelajaran SD.
Mau tahu? cari sendiri di internet...

krismariana widyaningsih on 7:36 AM said...

@ Yusahrizal, DV, Oni:
Setujuuuu! Jadi gimana klo kita usul rame2 ke Diknas? Atau mumpung capres2 itu sedang kampanye, kita usulin supaya kurikulum anak SD diganti aja? Hehehe

femi on 5:32 PM said...

biyen njenengan sinau opo mbak?
:) nek aku ... mmm ... mmm ...
opo yo. seilinganku, aku mung seneng dolanan lompatan karo dhelikan. :p

Ikkyu_san a.k.a imelda on 4:56 PM said...

aku sendiri enjoy dnegan kurikulum waktu aku SD. lagipula kita terpaut 10 tahun bukan? Mungkin kurikulum yang sekarang kurang pas ya? Saya tidak tahu kurikulum di Indonesia jadi tidak bisa komentar. Sedangkan kurikulum di SD Jepang juga sedang saya jalani. Tapi beberapa kali aku lewat kelasnya Riku waktu pelajaran, menyenangkan sekali kok.

EM

krismariana widyaningsih on 7:44 PM said...

@ Femi
Aku lali je, Fem. Ketoke yo kelinganne mung dolanan bekelan :P

@ Ikkyu san
Hmm... begini Mbak Imelda. Aku kadang merasa bahwa dulu waktu SD aku belajar matematika, tp kok rasanya sampai sekarang aku agak kurang suka matematika. Tapi ketika suamiku bercerita bhw matematika itu asyik, aku jadi tertarik. Apa jangan2 guruku aja yg waktu menerangkannnya kurang asyik? Begitu pula dg bahasa, aku senang sekali dg subjek bahasa sekarang. Tapi itu pun krn aku belajar sendiri. Bukan karena waktu di sekolah dulu pelajaran bahasa itu menyenangkan. Jadi gimana ya? Bingung deh...

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) on 10:54 AM said...

Faktor guru pengaruh, media pembelajaran pengaruh...
Tapi serba salah nyari sekolah zaman sekarang disini...antara kantong, idealisme dan hasil akhir seperti berjudi dengan nasib.

Tapi sementara ini aku belum mikir homeschooling soalnya anak-anakku rada ekstrovert jadi perlu teman-teman yang banyak hehehe...cuma bingung juga kalau tiap kali ditanya kapan liburnya?