Tuesday, September 29, 2009

Sahabat?

Sore itu HP-ku berbunyi. Nomor tak dikenal. Siapa ya?

"Halo...," terdengar suara seorang laki-laki dari seberang sana. Aku merasa kenal dengan suara itu, apalagi kemudian dia menyebutkan nama kecilku. Ya ... ya ... itu pasti teman lama. Tapi siapa ya?

Oh, ternyata dia T, teman SMP-ku dulu. Tak lama kami pun bernostalgia sejenak. Berkat Facebook, aku akhirnya terhubung dengan teman-teman lama. Menyenangkan. Dua pertanyaan yang sering saling diajukan saat aku bernostalgia dengan teman-teman lama adalah: (1) Masih sering pulang ke Madiun? (2) Sekarang paling sering kontak dengan siapa saja?

Untuk pertanyaan pertama, jawabanku biasanya: Masih. Walaupun sudah di Jakarta, aku tetap suka pulang. Hehe. Untuk pertanyaan kedua, aku biasanya menyebutkan dua orang teman SMP-ku yang sampai sekarang masih berkontak: J dan P. Setelah aku menyebutkan dua nama itu, T lalu bertanya, kamu nggak pernah ketemu lagi sama M?

"Ow, tidak," jawabku.
"Kan dia dulu soulmate-mu," katanya. Hahaha. Aku tertawa mendengar istilah yang dia pakai. Soulmate? Kami memang sering sebangku dulu. Tapi soulmate? Ah, rasanya enggak segitunya deh. Pertanyaan T soal M itu mau tak mau membuatku terlempar ke masa lalu. Perlahan-lahan kenanganku dengan M kembali muncul.

Aku mengenal M ketika pertama kali masuk SMP. Sebenarnya orang tuaku kadang menceritakan soal M. Maklum, M adalah putri teman orangtuaku. Dan ketika kami masuk SMP yang sama, entah bagaimana kami langsung dekat. Kadang aku main ke rumahnya. Tapi dia jarang sekali main ke rumahku. Seingatku dia malah baru sekali ke rumahku. Memang rumah kami agak jauh. Dan waktu itu sepertinya dia ke mana-mana naik becak atau diantar orangtuanya, sedangkan aku lebih suka keluyuran naik sepeda. Jadi, biar jauh, aku datangi juga rumahnya. Kalau kupikir-pikir orang tuanya overprotected terhadap anak perempuannya itu. Entah kenapa. Bisa jadi karena lokasi rumahnya yang cukup jauh itu. Dan jalan ke rumahnya cukup ramai. Seingatku, waktu itu jalan menuju rumahnya dilewati bus antar kota. Tapi aku yang memang hobi bersepeda, menganggap jalanan yang ramai itu tak masalah. Lagi pula Madiun kan kota kecil, jalanan yang ramai itu tidak ramai-ramai banget (jika dibandingkan dengan jalan raya di kota besar seperti Jogja atau bahkan Jakarta). Aku yakin bisa berhati-hati kok.

Banyak orang menganggap kami bersahabat. Tapi kalau ditanyakan kepadaku, aku tak tahu apa jawabnya. Mungkin iya, mungkin tidak. Di satu sisi, aku sebenarnya suka berbagi cerita dengannya. Tapi kok sepertinya dia enggan banyak cerita denganku ya? Satu hal yang aku ingat betul dan hal itu seperti "menamparku" adalah ketika entah bagaimana aku tahu ada seorang anak laki-laki yang suka padanya. Waktu itu, dia tak menceritakan hal itu kepadaku. Dia lebih suka menceritakan hal itu kepada teman kami yang duduknya di belakangku. Aku mendengar gosip tentang hal itu dari teman lain. Waktu kutanya, dia diam saja. Aku merasa sedih karena dia sama sekali tidak bercerita kepadaku soal itu.

Sedih?

Iya, aku sedih. Karena aku biasa menceritakan apa saja kepadanya, tetapi dia tidak melakukan hal yang sebaliknya kepadaku. Saat itu aku memang masih berpikir bahwa yang namanya bersahabat adalah jika kami sama-sama berbagi apa pun itu. Ya, kenyataan itu seperti "menamparku" karena aku merasa hubungan kami tidak seimbang. Sepertinya aku lebih banyak menceritakan rahasiaku kepadanya, tetapi dia tidak mencuilkan rahasianya sedikit pun kepadaku. Rasanya kok gimanaaa gitu. Dan sejak itu aku jadi agak jauh dengan M. Kami hampir tak pernah bertemu lagi sejak lulus SMP.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, M memang berhak memilih teman lain (selain aku). Sah-sah saja dia menceritakan rahasianya kepada teman lain. Lagi pula, apa hakku mengharuskannya menceritakan kepadaku semua hal tentang dirinya? Tidak kan?

Sementara teman-teman lain masih mengira kami bersahabat, aku mulai mendefinisikan ulang arti persahabatan dan apa artinya persahabatanku dengan M. Sejak saat itu aku tidak dengan mudahnya menganggap orang yang saat ini dekat denganku sebagai sahabat. Bagiku, sahabat itu tak bisa kupilih. Seorang sahabat itu terdefinisi dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Waktulah yang akan menjawab siapa sebenarnya sahabatku. Waktu akan menguji siapa teman yang tulus, siapa yang bersedia dijadikan tempat berbagi cerita, siapa yang tetap mau meluangkan waktu dan tenaga untuk memupuk relasi, siapa yang masih mau menyapa walaupun jarak terbentang. Dan aku akan senang sekali saat menemukan orang yang bisa menjadi sahabat :)

13 comments:

Anonymous said...

Arti sahabat bagiku apa ya?
aku tak pernah punya definisi tentang sahabat.
yang jelas, aku merasa nyaman dan percaya padanya/ mereka.

Dan untukku sendiri, aku juga tetap menyimpan rahasia yang tak ingin kubagi dengan siapapun, termasuk sahabat terbaik sekalipun. aku tak bermaksud untuk tak jujur atau tak terbuka, tapi memang ada beberapa hal yang lebih nyaman kusimpan sendiri.

aku juga tak tahu, apakah aku layak disebut sahabat (yang baik) bagi mereka yg menganggapku sahabat mereka.

krismariana widyaningsih on 5:58 AM said...

@Nana: Ya, memang tidak semuanya harus diceritakan. Aku juga tidak menceritakan rahasiaku ke orang yg kubilang sahabatku. Tapi entah kenapa, kepada si M itu aku merasa relasi kami tidak seimbang. Aku cuma merasa sepertinya dia tidak cukup nyaman denganku, dan aku tidak mau memaksa dia utk merasa nyaman. Lama-lama aku pun jadi merasa tak nyaman dengannya. Ah, entahlah... sampai sekarang aku tak tahu bagaimana mendefinisikan relasi kami itu.

vizon on 7:10 AM said...

aku termasuk orang yang gampang bersahabat dan berbagi cerita dengan sahabat. tapi, kalau berbagi rahasia? duh, aku paling pelit, hehehe... tapi, setelah berumah tangga, rahasiaku sudah bisa kubagi, hanya dengan istriku... :D

sahabat bagiku adalah yang mau memberi manfaat, bukan yang "memanfaatkan"... :D

Eka Situmorang-Sir on 7:43 AM said...

Hmm... tahu rasanya di posisi mbak Kris..
But everyone got the right to choose who their friends are just like what u said ;)

Sooo.. gimana kabarnya soulmate mu mbak? Si M ituh? :P hahaha

DV on 4:00 PM said...

Setuju denganmu!
Sahabat itu nyatanya memang tak bisa dipilih..:)
Aku pernah merasa memiliki 'banyak' sahabat, tapi ketika mereka hilang satu per satu, kesombonganku masih sanggup berkata "Mereka tetap sahabatku" meski kenyataannya tidak.

Too bad :)

Riris Ernaeni on 7:49 PM said...

Sahabat adalah sebuah pendiangan demi kehangatan sukma, yang dihampiri kala hati gersang kelaparan, yan gdicari kala jiwa butuh kedamaian

............jadi jika dia harus tahu musim surutmu, maka biarlah ia mengenal musim pasangmu

suka sekali aku mengutip tulisan : Khalil Gibran yang ini...

memang benar, kalau yg namanya bersahabat harus berimbang, Kris!!

Tuti Nonka on 9:23 PM said...

Aku paham sekali perasaan Kris, ketika mengetahui M justru menceritakan rahasianya kepada orang lain. Kalau aku jadi Kris, mungkin akupun akan merasa sedih.

Tidak hanya dalam percintaan, dalam persahabatan pun ada kalanya terjadi 'bertepuk sebelah tangan'. Kita merasa dekat dengan seseorang, sementara orang yang bersangkutan tidak. Atau sebaliknya.

Saya sendiri akan berhati-hati mengukur, seberapa tinggi seseorang menganggap saya dekat, dan saya akan menyesuaikan. Bukan apa-apa sih, sekedar menghindari rasa kecewa seperti yang pernah dialami Kris.

Q - Kiss on 10:31 PM said...

sahabat buat ku lebih berarti teman yang mau mengerti duka dan sukaku.

nh18 on 3:08 AM said...

Sahabat adalah orang yang tidak dekat dengan kita ...
Namun dia ada disaat kita membutuhkannya ...

(begitu kah ?)

I dont know ...

ben siadari on 1:44 AM said...

kata orang bule, a friend in need is a friend indeed......jadi kayaknya, kris lah yg jadi a friend indeed-nya si M...hahahaha (harus bersyukur loh....)

(btw, apakah si teman ini sama dgn yg dicritaen di buku Tuhan, Ngobrol Yuk?)

edratna on 5:34 PM said...

Menik, menyadari sifatku yang bebas, tak ingin terkekang, definisi setiap sahabat sangat berbeda-beda buatku.
Ada sahabat untuk menonton, sahabat untuk pengajian, sahabat untuk datang ke acara reuni, sahabat untuk belajar bersama dan saling mendukung agar karir bagus dll.

Karena saya paham, kita tak bisa memaksakan kehendak pada orang lain, dan juga akupun tak ingin dipaksa untuk terus berdua sahabat kemanapun pergi, padahal mungkin sebetulnya masing-masing pada saat itu punya pilihan acara lain.

Anonymous said...

kata orang it takes two to tango yach...

sahabat? gak tahu definisinya? (*apakah perlu didefinisikan?*)

salah satu hal yg menjadi tolok ukur bagiku adalah "nyaman tdk aku berhubungan" dg seseorang

kalo nyaman ... lanjut... kalo gak nyaman, ya sekedar kenal aja .. he..he...

dyahsuminar on 3:45 PM said...

mbak Kris..
sahabat memang kadang perlu untuk teman curhat...tapi itupun harus hati hati, untuk hal yang rahasia...tidak semua sahabat bisa menyimpannya dengan baik.
yang enak...itu sahabat blogger...ketemunya di dunia maya...kalaupun ketemu darat...hanya sekejap dan tak sempat curhat...he..he..