Monday, September 14, 2009

Mengenang Lebaran di Kayuwangi ...

Dulu, ketika aku masih belum tinggal di Jakarta, lebaran adalah hari yang cukup sibuk. Meskipun tidak merayakannya, aku dan keluargaku ikut meramaikan Lebaran. Maklum, keluarga besarku banyak yang berlebaran.

Kali ini aku mau bercerita soal lebaran di kampung halaman kakekku. Kami biasanya melewatkan Lebaran hari pertama di kampung halaman ayahku, di desa Kayuwangi di kaki Gunung Gajah, di Ambarawa sana. Sebenarnya aku agak bingung, kampungnya ayahku itu masuk Salatiga atau Ambarawa, ya? Menurutku sih tengah-tengah, hehe. Dan di sana lebaran itu ramai sekali. Keluarga-keluarga yang tidak merayakan Idul Fitri tetap memajang kue-kue dan tak sedikit orang yang datang ke rumah mereka untuk bersilaturahmi. Untuk orang yang sudah tua, rumah mereka pasti tak pernah sepi. Pasti banyak yang datang untuk sungkem. Begitu pula dengan kakekku. Banyak sekali yang datang mengunjungi kakek, bahkan saudara-saudara yang rumahnya entah di mana (saking jauhnya dari kampung Kakek) akan datang dan sungkem pada Kakek.

Kalau sudah begitu, kami-kami yang masih muda ini harus segera tanggap. Kami harus siap menyediakan minum dan makan berat--ketupat, sayur, dan segala macam lauk. Setelah para tamu mengudap makanan kecil seperti peyek kacang hijau, kue-kue kering, kacang, jenang ... kami biasanya mempersilakan tamu-tamu itu untuk makan ketupat. Tapi tidak semua tamu bersedia makan. Soalnya mereka kadang sudah mendatangi beberapa rumah sebelumnya. Jadi, pas sampai di rumah Kakek, mereka sudah cukup kenyang. Hehehe.

Sebenarnya, aku kurang begitu kenal dengan para tamu yang berdatangan itu. Ya, ya ... semua itu masih terbilang saudara dengan ayahku. Tapi karena hampir tak pernah ketemu, ya akhirnya lupa deh. Paling hanya ingat wajah. Dan sebenarnya ini agak menggelikan, karena tidak pernah bertemu ... e, tiba-tiba minta maaf. Hehe. Lha kan mereka tidak punya salah padaku. ...

Setelah sungkem dengan Mbah Kakung dan menjamu tamu yang datang, aku dan sekeluarga (tanpa Kakek), akan keliling kampung untuk bersilaturahmi. Biasanya kami akan mengunjungi para pakde atau paklik ayahku. Dasar aku ini pelupa, aku panggil saja semuanya Simbah hihi. Aku tak begitu tahu silsilahnya. Intinya sih, semua masih saudara. Acara keliling-keliling ini cukup melelahkan buatku karena kampung kakekku jalannya naik turun dan ada jalanan yang masih berbatu. Tapi yang menyenangkan adalah, sesampainya di rumah saudara, kami bisa makan kenyang ;) Dan aku paling suka kalau ada peyek kacang hijau. Kriyuk ... kriyuk. Gurih sekali.

Kami tidak hanya mengunjungi keluarga yang merayakan lebaran saja. Beberapa saudara ayahku ada yang Katolik seperti keluarga kami, Kristen, dan Buddha. Semua kami sambangi. Dan rasanya sih seneng-seneng saja.

Salah satu aspek Lebaran bagiku adalah reuni keluarga dan melimpahnya makanan. Dua hal itu memang menyenangkan. Tapi ada satu hal yang biasanya membuatku sebal. Apa? Yang tidak aku sukai adalah perjalanan mudik. Karena tidak punya kendaraan pribadi, kami harus rela umpel-umpelan alias berdesak-desakan di dalam bus. Tak jarang kami harus berdiri cukup lama sebelum akhirnya mendapat tempat duduk. Pegel bok!

Tapi sepertinya lebaran di kampung Kakek akan tinggal kenangan saja bagi kami sekeluarga. Sejak Kakek jatuh dan patah tulang, sekarang beliau tinggal bersama orangtuaku di Madiun. Jadi kami tak perlu jauh-jauh kalau mau sungkem dengan Mbah Kakung, hehehe.

Tapi ngomong-ngomong kok mendadak aku jadi pengen peyek kacang hijau ya? :D Dan sekarang Lebaran sudah tinggal hitungan hari ini. Enaknya ke mana ya?


*Foto: Mbah Kung yang sedang kangen kampung halamannya

13 comments:

dwiani said...

Buat aja sendiri mbak peyeknya. Siapa tahu bisa dijual. Eh tapi ganti profesi ya? bukan lagi editor dan penerjemah tapi produsen peyek kacang hijau. hehehe

Selamat menyambut hari Lebaran!

Ikkyu_san a.k.a imelda on 12:44 AM said...

aku belum pernah makan peyek kacang hijau tuh. Kacang hijaunya digoreng dulu mungkin ya? aku kok ngga bisa mbayangi kacang ijo digoreng ya? Tanyain resepnya dong. Penasaran nih hihihi

EM

Q - Kiss on 2:22 AM said...

emang enak peyek kacang hijau, rasanya bikin orang ketagihan...btw liburan aja ke salatiga, he2...

DV on 3:59 PM said...

Kisahmu kurang lebih sama dengan pengalaman Lebaranku. Pokoknya ngumpul, baru sekali-dua kali ketemu, pokoknya salaman, silaturahmi, maaf-memaafkan (untuk kesalahan yang belum terjadi?) dan... yang paling penting.. MAKANNNN hahahaha :))

Riris Ernaeni on 7:43 PM said...

hm..iyo lho Kris, kaya apa peyek kacang ijo itu? Di Tulungagung paling banter yg kriuk-kriuk ya rengginang, kacang bawang, emping melinjo.

Senangnya ya masih punya mbah Kung. Dari kecil aku tinggal punya Yang Uti, ini pun juga sudah berpulang.

Lebaran ini? Kamu gak ke Madiun?

krismariana widyaningsih on 8:32 PM said...

@Dwiani: Bikin sendiri? Hihi, aku aja nggak tahu resepnya. Lagian kalau bikin peyek mesti sedia minyak goreng yg banyak kan Mbak. Itulah yg malas... :p (Emang dasarnya males aja sih!)

@Mbak Imelda: Kayaknya kacang hijaunya nggak digoreng dulu deh. Tapi besok kalau aku pulang, aku tanya ibuku deh. Dulu dia pernah bikin, tapi aku lupa gimana resepnya :D

@Q-Kiss: Wah kayaknya juragan peyek kacang hijau datang dari Salatiga nih.... hehe. Sebenarnya pengen sih ke Salatiga lagi, entah kapan aku bisa ke sana... Kangen juga benernya menyambangi rumah simbahku itu.

@DV: Kayaknya lebih tepat memaafkan kesalahan yg tidak pernah terjadi deh. Wong habis lebaran ya blas nggak pernah ketemu lagi :p Dan, makan2 itu pasti Don!

@Riris: Peyek kacang hijau? Enak deh! Tanya Q-Kiss itu kalau nggak percaya. Hihi. Lebaran kali ini aku di Jakarta saja. Paling ke rumah Tante...

AndoRyu on 12:43 AM said...

postingan panjang lebar, yg dikomen justru bagian makan nya doang.

*jadi lapeerrrr....*

vizon on 4:42 AM said...

aku juga penasaran dengan peyek kacang hijau itu. di jogja ada yang jual gak ya? :D

lebaran memang ajang reuni keluarga, tapi sayang, aku sendiri tidak bisa berkumpul dengan mereka kali ini... aih, sedihnya... tapi, dengan kelapangan hati, mudah-mudahan semuanya dapat terlewati dengan bahagia...

Anonymous said...

Lebaran di kampungku dulu jga mirip pengalaman kamu, Nik...asyiknya...

aku juga suka peyek kacang hijau. enak dan gurih. kadang-kadang mak plethuk! dapet kacang hijau yang keras seperti kerikil itu...hihi

Eka Situmorang - Sir on 8:48 AM said...

hehhe mbak'aku juga sebel sama perjalanan musdik.
Mbencekno :D

tapi makanannya gak nahaaaan :D
mauuuu

nh18 on 2:56 AM said...

Peyek kacang ijo ...
Aaaarrrggghhh ...

itu lebih niq-math ... dari pada peyek kacang atau peyek teri ...

Peyek kacang ijo
Aaarrrgghhh ... pingin ...

edratna on 10:05 PM said...

Peyek kacang ijo....wahh mauuu...
Saya dulu sebelum menikah, dan eyang masih ada, selalu pulang ke Madiun. Rumah eyang di desa Rejosari, hampir seluruh penduduk desa bersaudara. Dan kami biasa berputar ke rumah-rumah untuk sungkem...dan makanan yang disukai seragam, yaitu tape ketan. Pulang ke rumah, malam...udah mblenger...hehehe

krismariana widyaningsih on 9:55 AM said...

@Yusahrizal: Emang makanan tuh paling mudah utk dikomentari ;) Sekarang bisa makan kapan aja kan? :D

@Uda Vizon: aku kurang tahu apakah di Jogja ada yg jual apa nggak. Tapi kayaknya di daerah Salatiga sana mudah ditemui deh.
Iya, lebaran memang ajang reuni keluarga. Soalnya kapan lagi ngumpulnya kalau nggak lebaran? :D

@Nana: bisa tanya resep peyek kacang ijo ke papamu Na? Siapa tau ada yg pengen nyoba bikin...

@Eka: makanannya sangat2 memuaskan dan mengenyangkan ya Ka! :)

@Bu Enny: Wah, tape ketan emang ngangeni, Bu! Uenak tenan itu. Bu, Rejosari tuh apanya Rejoagung ya?