Televisi VS Mengobrol
Kata suamiku, dulu waktu lebaran, film-film yang diputar di televisi adalah film Warkop. Lho kok pakai istilah "kata suamiku"? Memangnya nggak pernah lihat televisi? Memang sejak kecil, aku hampir tak pernah menonton acara televisi sewaktu lebaran. Aneh ya? Sebenarnya enggak juga. Sejak kecil, aku dan keluargaku selalu pergi ke rumah Kakek di desa beberapa hari menjelang hari Idul Fitri. Seingatku, aku tak pernah absen pergi ke sana. Kadang bosan juga sih tiap lebaran kok mesti pergi ke luar kota. Dan bepergian dengan kendaraan umum menjelang lebaran itu tidak terlalu menyenangkan buatku. Terminal yang penuh dan harus berdesak-desakan di dalam bus bukan suatu pilihan yang kusukai. Tapi mau bagaimana lagi? Itu suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar.
Namanya juga masih bocah, dulu aku selalu sebal karena tahu aku tidak bisa menyaksikan acara televisi yang bagus-bagus semasa lebaran. Maklum, rumah kakekku itu ndeso banget. Tak ada televisi. Bahkan aku masih ingat, dulu tak ada listrik di sana. Baru ketika aku sudah agak besar, ada listrik masuk desa. Senangnya! Ketika sudah ada listrik, di rumah kakekku tidak serta merta ada televisi seperti rumah-rumah tetangganya. Rumah kakekku baru ada televisi setelah orangtuaku di Madiun membeli televisi berwarna dan televisi hitam putih yang selama ini kami pakai dihibahkan kepada Kakek. Seingatku, orangtuaku membeli televisi berwarna ketika aku sudah SMA.
Nah, ketika lebaran di tempat Kakek, dulu aku berharap bisa menonton acara televisi. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi ya ... harus diakui dulu aku masih kecanduan televisi. Hihi. Jadi, kalau ada acara yang bagus sedikit saja, pasti segera nongkrong di depan televisi. Tapi itu dulu lo! Soalnya sekarang sudah tidak lagi. Wong di Jakarta ini aku nggak punya televisi kok. Mau nyandu bagaimana?
Nah, kemarin saat lebaran hari pertama, aku dan suamiku berkumpul di rumah Om Agus, seorang adik ibuku yang tinggal di Bekesong ... eh, Bekasi maksudku. Di sana suasana cukup ramai. Maklum, empat keluarga berkumpul, plus para keponakan juga rame-rame ke sana semua. Nah, di rumah omku itu, televisi sepertinya tak pernah istirahat. Seingatku sih begitu, ya. Setidaknya kemarin televisi kabel yang menayangkan film-film dari luar negeri itu terus menerus membius para keponakan yang sepertinya sakau kalau tidak menonton tipi. Apalagi di depan televisi disediakan berbagai macam kue plus minuman bersoda yang tentunya tak bisa dilewatkan begitu saja, maka kami semua rame-rame menatap kotak ajaib itu.
Tapi sebenarnya aku agak bosan juga. Mungkin karena filmnya kurang menarik bagiku, dan ketika aku datang filmnya sudah berjalan separuhnya. Jadi, makin malas saja aku menontonnya. Tapi, mau ngapain lagi ya? Akhirnya kue-kue yang disajikan itu kucoba satu persatu. Setelah bosan, aku mulai melirik anggur dan jeruk. Hihihi. Akhirnya, salah seorang tanteku berseru, "Hey ... mbok ngobrol to! Mosok udah jauh-jauh datang ke sini cuma nonton tivi saja?" Wah, rupanya ada yang bosan juga kaya aku :D Tapi toh, yang menanggapi omongan tanteku itu cuma empat orang termasuk aku. Kami akhirnya memisahkan diri dan mengobrol sendiri. Yang lainnya sih masih asyik memelototi televisi.
Hal seperti itu tentu tidak terjadi saat kami berlebaran di desa kakekku. Dulu saat kami berkumpul, tak ada televisi yang menyala. Dan kami pun menobrol dan bercanda dengan gayeng. Acara televisi ibarat jadi salah satu "makanan" yang disajikan oleh tuan rumah. Biasanya para penikmat acara televisi ini jadi terbius dan tidak peduli lagi dengan keadaan sekitarnya. Kupikir-pikir televisi kadang memang tidak membuat kita jadi semakin dekat satu sama lain, karena justru dengan menonton televisi kebanyakan orang akhirnya malas mengobrol dengan orang di sekitarnya.
Monday, September 21, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
8 comments:
Saking membiusnya TV bahkan ada yang menganggapnya "titisan setan" yang harus dijauhi.
Akhirnya bisa kebuka juga mbak..
drtd siang gak bisa soalnya.
Anw... selain tivi, komputer dengan koneksi internet itu juga racun! Plus hape yg 24/7 juga bisa inet, weleh org yg didepan mata juga gak disapa deh :P
aku paling benci TV
tapi paling cinta Inet...
sama juga lah yau
waktu untuk bercengkerama memang harus didasari niat untuk mejadi akrab.
EM
Wah, aku sama kayak kamu, setiap Lebaran (dan kalau aku plus Natal) nggak pernah nonton TV...
OOT ...
Bekesong ???
hahahaha ...
Ini pasti gara-gara Rafiq Poetri nih di I Radio ...
Hayoo ngakuuu ...??
Salam saya
@Bayu: kalau titisan setan, jangan2 televisi itu belakangnya bolong ya? jadi sundel bolong dong! hihihi
@Eka: iya sih, HP zaman sekarang emang banyak yg bisa langsung terhubung internet. itu efek kemajuan teknologi kali ya?
@Imelda: masalahnya anak2 sekarang kalau sudah disuguhi televisi trus nggak mau diajak ngobrol. jadi kalau mau bercengkerama, ya mau nggak mau, televisi harus mati. tapi kayaknya susah banget menghilangkan kebiasaan menonton televisi.
@DV: kalau sekarang di ngostrali, kamu rajin nonton tipi juga nggak don? atau malah streaming nonton TV indonesia? :D
@Om NH: yaaa, ketahuan deh. iya, iya ... itu karena udah "keracunan" Rafiq - Poetri via I-Radio. sering dengerin juga kan Om? hehehe
Aku juga gak nyandu TV. Aku tetep nonton TV tapi untuk acara tertentu aja. aku paling benci sinetron..sama sekali gak mendidik tuh...
TV nyala 24 jam? walah....itu mah kebangetan...
Aku sih udah bertekad gak akan mau dikuasai TV.
Aku heran deh, kok ya ada orang yang kecanduan nonton sinetron sampai epidose sekian ratus...kalau diitung-itung minimal 1 jam X lima hari (bahkan ada yang full 7 hari kalo nggak salah) sampai episode kesekian itu udah berapa jam dia jadi bodoh begitu di depan TV?
Itu baru 1 sinetron. lha, coba kalau sehari ada 3 atau 4 sinetron yang "wajib" diikuti terus? berapa jam waktunya terbuang hanya untuk dibodohin TV...
sekarang diperparah lagi dengan hape yang bisa inet 24/7 plus bisa nonton tipi secara gratis, alias hape yang ada tipinya.... jadi nambah deh individualitasnya... :D
Post a Comment