Tuesday, September 01, 2009
Nggak Usah Pakai Plastik, Mbak ...
Aku lupa sejak kapan aku selalu membawa ransel jika bepergian. Aku membawa ransel bukan hanya saat bepergian ke luar kota loh, tapi juga waktu jalan-jalan keliling kota, atau sekadar main bersama suami atau teman. Selain itu, ransel adalah salah satu kado yang paling aku apresiasi selain buku dan teh yang enak. Hehehe. Karena memang ransel atau tas yang bisa kucangklong di punggunglah yang membuatku nyaman. Beban jadi lebih imbang di kedua bahu jadi salah satu pundakku tidak terlalu pegal.
Bagiku menyandang ransel itu pas betul jika di Jakarta ini. Kenapa? Karena di kota ini ada beberapa barang yang selalu kubawa. Pertama, botol air minum yang minimal kuisi setengahnya, jika aku tahu di tempat tujuan aku bisa minta air untuk mengisi botol minumku ini hihihi. Botol minumku ini cukup besar, kira-kira isinya hampir 1 liter. Dulu aku pikir bawa botol yang kecil saja, tetapi kalau mau irit ya mesti bawa botol yang besar. Kalau beli di pedagang kaki lima, mahal! Air mineral kemasan 600ml harganya bisa Rp 2.500,00 sampai Rp 3.000,00. Padahal harga normalnya paling cuma Rp 1.500,00-an. Selisih harganya lumayan kan? Hehehe, maaf kalau terlalu itung-itungan. Maklum, emak-emak :D Kalau mau praktis sih, apalah arti selisih harga seribu perak itu. Tapi buatku, selama bisa membawa air minum sendiri dari rumah, buat apa beli?
Alasan lain kenapa aku suka memakai ransel adalah tas ransel itu bisa menampung lebih banyak barang. *Emang mau pindahan, Neng?* Ketika sedang bepergian, kadang mendadak aku merasa perlu belanja sesuatu. Dan alangkah praktisnya kalau aku membawa ransel. Barang-barang belanjaan itu bisa masuk ke dalamnya sehingga aku tak perlu menjinjing beberapa kantong belanjaan. Praktis--menurutku.
Ngomong-ngomong soal belanja, ada benda yang hampir selalu terselip di dalam tas ranselku. Pertama adalah kantong plastik, yang kedua tas kain. Dua benda itu cukup tipis dan tidak memakan tempat. Bisa diambil sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Tapi yang jelas dua benda itu membantuku untuk mengurangi pemakaian kantong plastik saat belanja. Dan jujur saja aku lupa sejak kapan aku sering membawa tas sendiri dari rumah untuk berbelanja. Mungkin aku ikut-ikutan "latah" untuk ramah lingkungan. Yah walaupun mungkin ini tindakan yang tidak berarti dibandingkan para aktivis Green Peace atau WWF, tapi kupikir ini tak ada salahnya.
Memang membawa kantong sendiri dari rumah rasanya tidak cukup praktis. Lebih enak melenggang keluar rumah tanpa membawa apa-apa karena toh nanti di toko petugas akan memberi kita kantong plastik. Hampir semua orang melakukan hal itu. Bahkan suatu kali aku pernah ditegur satpam swalayan besar di Jakarta T** T** karena saat masuk swalayan besar itu aku membawa kantong kosong yang cukup besar (karena aku memang mau belanja banyak). "Mbak, tasnya dititipkan saja," kata pak satpam itu. Karena merasa benar, aku ngeyel dong, "Pak, ini nanti buat bawa barang belanjaan kok. Ini tidak ada isinya." Mungkin karena satpam itu takut aku mengutil atau nyolong, dia bilang, "Nanti kan dari sini dapat kantong plastik." Lagi-lagi aku ngeyel, "Saya nggak mau pakai kantong plastik dari sini. Pak, kalau Bapak tidak percaya sama saya, Bapak bisa ikuti saya saat berbelanja dan bisa nanti cek saja barang belanjaan saya." Hehehe. Hebat kan gaya ngeyelku?
Rasanya memang masih sedikit supermarket yang mengapresiasi pembeli yang membawa kantong sendiri. Dari sekian banyak supermarket yang ada di sini, aku baru menjumpai Superindo yang memberi apresiasi lebih untuk pembeli macam aku ini. Mereka memberikan stiker yang ditempel di sebuah kertas setiap kita berbelanja Rp 10.000 dan kelipatannya. Setelah terkumpul sampai 70 stiker, kita bisa mendapatkan kantong belanja yang bisa dipakai ulang. Buatku yang belanjanya sedikit-sedikit, mengumpulkan 70 stiker itu lamaaaa sekali. Selain di Superindo, ada sebuah toko roti di dekat rumahku yang petugasnya sudah hapal denganku. Setiap kali ke situ untuk membeli roti tawar aku selalu bilang, "Nggak usah pakai kantong plastik, Mbak." Bahkan mbak berambut panjang dan berbehel itu memperingatkan temannya supaya tak usah memberiku kantong plastik saat aku datang dan tampak membawa kantong belanja sendiri :)
Aku tak tahu apakah tindakanku membawa ransel dan kantong belanja sendiri ini memberi dampak besar bagi lingkungan. Tapi setidaknya aku sudah melakukan bagianku. Dan memang sangat sedikit orang yang membawa kantong sendiri saat berbelanja. Selama ini aku belum pernah "mendapat teman" yang sama-sama membawa kantong belanja sendiri saat sedang berbelanja di toko swalayan. Nah, adakah di antara kalian yang mau menjadi kawanku dalam hal kantong belanja ini? ;)
gambar diambil dari: educationforsustainability.files.wordpress.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
10 comments:
aku juga sering bawa kantong plastik kecil dulu waktu masih di jogja, bukan tas kresek lho.. tp kantong gula..
gunanya untuk buntel dompet & pager (blm hp he..he..) kalo ujan-ujan naik motor.
oh ya, aku juga senang bawa ransel... enak dibawanya...
hehhehe
aku mau menjadi kawanmu, tapi aku jauh sih.
di sini juga selalu ada kantong plastik dalam tas coklatku yang selalu keselempangkan itu atau tas ranselku. Ada dua kegunaan, yaitu wkatu belanja, dan waktu anak-anak akan muntah hihihi
Waktu di Jakarta memang jarang membawa kantong plastik, karena di rumah jakarta jarang ada tuh hihihi. Kalau belanja selalu pakai kardus sih.
EM
kayaknya kalau dalam hal ini kita tidak "berkawan" deh... soalnya, saya malah suka mengumpulkan kantong plastik dari supermarket di rumah. yang paling utama adalah untuk buang sampah... duh, malu nih belum peduli lingkungan... :D
Di sini, kalau pake tas plastik mulai disuruh mbayar Kris...
Aku juga slalu bawa tas gede dan ngga diapa-apain..
Sepertinya, peraturan penitipan tas itu hanya di Indonesia, pho yo?
ada, kami serig bawa tas belanja sendiri + ransel...
sepertinya perlu dibudidayakan nih...
@mas DV : soale kalo tas nya gak dititi[pin, disini budaya ngutil masih tinggi.
Gue sih udh beli tas kain khusu untuk belanja mbak..
punya sampe 4 malah ;)
udh dari dulu sih. soalnya capek liat tas plastik numpuk dirumah. lagian ya itu, merasa bersalah karena gak ikut melesatarikan lingkungan ;)
@Bro Neo: hahaha, aku juga punya teman yg kaya kamu mas, dompet dan HP-nya dia bungkus dg plastik kaya gitu. Yg penting terselamatkan dari air hujan ya?
@Imelda: jadi inget waktu Riku mun mun, Mbak Imelda sigap banget, langsung mengeluarkan tas kresek untuk menampung hehe
@Vizon: Sekali2 pas belanja bawa kantong belanja sendiri, Uda. Asyik juga kok. Dan kantong plastik buat sampah itu pasti adaaa aja. Soalnya lingkungan kita selalu dikelilingi plastik :p
@DV: Kalau orang2 sini suruh bayar tas plastik, mau nggak ya? Jangan-jangan malah pada ngomel. Di sana orang lebih bisa dipercaya kali Don, jadi nggak pada ngutil walaupun bawa tas pas belanja.
@Q-Kiss: sip! Emang harus mulai dibudayakan sih. Semoga banyak orang mulai terketuk hatinya utk mulai membawa kantong belanja sendiri dari rumah.
@Eka Situmorang-Sir: aku cuma punya 3, hehehe. selisih 1 sama kamu... :p
perubahan besar selalu berawal dari yang kecil.
dan aku bangga kamu mau memulainya dari dirimu sendiri, Kris!
bener mbak kris ...
I like the wording ...
" ... Setidaknya saya sudah melakukan bagianku ..."
My part ... my contribution ...
Jadi tidak hanya bicara ... tetapi tanpa tindakan nyata ...
BUkan begitu bukan ?
(yang jelas saya juga selalu siap tas kresek plastik di mobil saya ... sama seperti Mbak Imelda ... Untuk Muntah ...
(dan dengan sangat menyesal ... untuk yang ini tidak re-cyclable ...)
hahaha
Aku selalu bawa kantong belanja dan kantong plastik di dlm tasku.
aku pernah ngalamin, ada kasir yg sinis ngeliat aku bawa tas belanja sendiri.
Tapi utk keperluan belanja sekarang yg di "kota" sebulan sekali, aku belanja sekalian cukup banyak, mau gak mau kadang harus ada tambahan kantong plastik dari toko.
Kalo aku belanja di tukang sayur yg lewat depan rumah, aku selalu pake baskom sayur, supaya nggak nambah plastik..
Post a Comment