Wednesday, September 16, 2009


Teknik Menulis

Malam itu mendadak teleponku berdering. Nomornya tak dikenal. Agak ragu juga mau kuangkat. Tetapi siapa tahu ada tawaran pekerjaan? Yah, nanti kalau aneh-aneh, tinggal matikan saja. Beres kan?

Kudengar suara seorang lelaki di seberang sana. Duh, siapa pula ini? Suaranya agak serak. Hampir saja mau kumatikan telepon itu karena aku tak kenal. Owh, tunggu dulu ... rupanya dia seorang pengurus sebuah kegiatan di sebuah gereja. Katanya dia mengenalku dari seorang teman kantorku dulu. Oke ... oke. Lalu? Dia memintaku untuk menjadi narasumber di acara pemuda gereja tersebut.

Aku? Enggak salah nih?
Memangnya acara apa?

Dia bilang, mereka akan mengadakan kegiatan yang membahas teknik(?) penulisan. Yah, kurang lebih begitu informasi yang nyantol di kepalaku.

Hmmm ... rasanya salah memilih orang deh. Aku bukan seorang pembicara yang baik. Apalagi kalau harus berhadapan dengan banyak orang. Ow ... ow ... bisa mati berdiri nanti. Kasihan kan kalau mereka harus kerepotan mengurusi aku yang langsung deg-degan tidak karuan kalau berdiri di depan umum. Ugh, aku tak pernah menikmati menjadi pembicara di muka umum. Suwer dikewer-kewer. Daripada mengecewakan mereka, lebih baik tidak. Kalau bicara di kelompok kecil yang tak lebih dari lima orang, bolehlah. Tapi kalau lebih dari itu? Oh, no! Dan tentunya salah satu alasanku memilih menjadi seorang pengotak-atik kata di belakang layar adalah karena aku tak suka berdiri di depan umum. Please deh, cari orang lain saja.

Memang belakangan ini sekolah penulisan memang cukup marak. Dan sebetulnya kalau mau mencoba jadi pembicara, aku bisa dapat uang saku tambahan. Tapi tidak ah. Aku kurang tertarik dengan sekolah penulisan. Dulu, beberapa tahun lalu, aku kadang mengikuti kegiatan seperti itu. Tentunya sebagai peserta, dong. Nggak mungkin aku yang bukan siapa-siapa ini dijual namanya sebagai pembicara. Hehe. Dan setelah beberapa kali mengikuti acara-acara tersebut, lama-lama bosan juga. Isinya kurang lebih sama. Begitu-begitu saja.

Jadi, sebenarnya kalau ditanya apa sih bagaimana teknik menulis itu? Jawabanku cuma satu: Banyak-banyak membaca. Wis. Itu saja. Itu kalau menurut aku lo, ya. Kurasa seseorang akan memiliki penulis favorit. Dan biasanya tulisan yang kita buat sedikit banyak akan "mencontek" gaya penulis favorit kita.

Tapi masak cuma dengan banyak membaca kita jadi bisa langsung menulis? Kalau dari pengalamanku, memang cuma begitu. Dan banyak mengamati, ding. Kalau mau bikin tulisan berbobot, ya mesti mau bersusah-susah melakukan penelitian. Jangan lupa pintar-pintar cari sponsor yang bisa mendanai penerbitan buku tersebut. Kalau mau menerbitkan buku yang laris manis, bikin saja buku yang isinya kocak, lucu, atau mengaduk-aduk perasaan. Nggak ada isinya ya, tidak apa-apa. Toh banyak orang yang butuh hiburan kok. Tapi kalau bisa sih, ya tambahkan informasi yang bisa memperkaya pembaca. Tulisan bergaya motivasional juga sedang laris. Jangan lupa promosi ke sana-kemari. Silakan saja mau menulis macam apa. Mau menulis dengan hati boleh, mau cari uang juga boleh. Sah-sah saja. Tapi kalau boleh usul, tulislah sesuatu yang bisa menimbulkan pemikiran atau perubahan positif--tentunya dengan bahasa yang enak dibaca ya, biar editor dan pembacanya tidak perlu mengerutkan kening karena tidak mudeng dengan apa yang tertulis.

Menulis itu ibarat naik sepeda. Awalnya memang masih tidak lancar. Tapi coba ... coba ... dan coba lagi. Nanti lama-lama akan merasakan keasyikan sendiri dalam menulis. Kalau sudah dicoba tetapi tidak bisa menikmati, ya barangkali panggilanmu bukan menjadi penulis. Jadi pembaca (dan pembeli buku) saja. Itu juga menyenangkan kok ... setidaknya bagi penulis yang bukunya kalian beli. Lumayan bisa sedikit nambah royalti atau honor. Hehe.

Aku sadar, tulisanku sendiri tidak terlalu berbobot. Biasa saja. Banyak tulisan orang lain yang lebih berbobot, informatif, dan memberikan pencerahan. Jadi, memang harus lebih banyak membaca lagi nih.

*Foto diambil dari sini

10 comments:

Ikkyu_san a.k.a imelda on 2:26 AM said...

jadi terima ngga tuh permintaan jadi pembicaranya?
Padahal asyik tuh
nanti ajarin aku menulis ya kris...

EM

Riris Ernaeni on 2:30 AM said...

Dua Jempol untuk Kris. Motivasi bekerja bukan saja uang, tapi panggilan dan sesuai dengan talenta.
Keputusan menolak menjadi pembicara menurutku cukup bijak.

nh18 on 3:03 AM said...

Menulis ?
hhmmm apa ya tekhniknya ...

Pokoknya jujur pada diri sendiri saja ...

sama kayak ngobrol ... cuma ini ditulis ...
hehehe ...

(emang sih ... ndak sesederhana itu )

Saya setuju dengan nasihat Mbak Kris ... "MEMBACA" ...
biar repertoirnya banyak ... biar perbendaharaan manouver katanya banyak ...

salam saya
(komen kepanjangan Om ...)
(tu njek poin ngapah ...)

Eka Situmorang-Sir on 10:35 AM said...

Sapa bilang tulisanmu gak berbobot mbak?

eh aku ikut dunk seminarnya ;)kalo mbak Kris jd pembicara...

DV on 4:31 PM said...

Kamu terlalu pintar merendah, Kris :)
Terimalah ajakan itu, kamu kan memang mendalami penulisan sejak lama...

Bayu Probo on 4:31 PM said...

Lho jangan merasa bukan siapa-siapa. Bertahun-tehun lalu. Dulu tiap kali aku baca renungan harian dan buku-buku Gloria merasa penasaran dengan yang namanya Krismariana ini. Kok hebat bener. Baru ketemu setelah di Jakarta pun 4 bulan lalu. Kau legenda hidup lho.

Anonymous said...

banyak baca... udah lumayan... tp nulis... hemmm tetep saja dodol he..he...

krismariana widyaningsih on 9:42 AM said...

@Mbak Imelda: Nggak aku terima Mbak. Waduh, tulisanku aja masih hancur lebur begini Mbak. Saling belajar aja, kalau ngajarin aku malah nggak pede hehe :)

@Riris: Iya hehehe. Tapi kalau kerja yg kusukai dan ada uangnya, nggak akan kutolak pasti ;)

@Om NH: Iya, menulis itu belajar utk jujur. Kalau nggak jujur, tulisannya kadang malah jadi jelek... Komen panjang2 juga boleh kok, Om... :)

@Eka: Aku nggak terima tawaran itu kok, Ka...

@DV: Mendalami penulisan emang udah lama, tp nggak pinter2 nih...

@Mas Bayu: yeaah, legenda hidup to aku ini? hihihi. ono2 wae istilahe. dulu kalau ada kesalahan di RH deg2an lo Mas. ketahuan kalau dodol :p

@Bro Neo: terus nulis pokoknya Bro. latihan terus, baca terus...

Anonymous said...

Menulis itu bagiku memang tentang kejujuran.
aku suka menulis, meskipun tulisanku juga begitu-begitu aja. Jadi masih harus terus latihan nih...

Bener Nik, banyak membaca akan nambah wawasan kita, juga menambah "ilmu" untuk nulis..

krismariana widyaningsih on 6:20 PM said...

@Nana: bagiku tulisan yg jujur itu lebih "mrasuk" bagi pembacanya. trus biasanya buku yg bagus biasanya akan membuat seorang penulis "gatal" untuk menulis :D