Monday, July 20, 2009

KRL: Salah Satu Kemewahan di Jakarta

"Salah satu kemewahan di Jakarta adalah KRL," begitu kata kakakku beberapa waktu lalu. Waktu itu kami sedang berbincang-bincang tentang pengalaman tinggal di Jakarta. Setelah kakakku lulus, dia sempat tinggal dan bekerja di Jakarta. Eh, sebenarnya kerjanya di Tangerang ding. Tapi dia tinggal di Jakarta Selatan, di rumah Tante. Aku lupa berapa lama tepatnya dia menetap di ibu kota, tapi kurasa tidak sampai satu tahun.

Aku ingat betul ketika dia bekerja di Tangerang, aku sering meneleponnya pagi-pagi benar, pukul 05.00. Selain memanfaatkan tarif SLJJ yang cukup murah, jika kesiangan sedikit, bisa jadi aku tidak bisa bercakap dengannya. Pukul 05.30 dia harus sudah berangkat dari rumah supaya tidak kena macet di jalan.

Aku ingat ketika menyambanginya di rumah Tante. Saat itu aku datang ke Jakarta bersama Ibu. Kami sampai di rumah Tante kira-kira sore hari. Aku berharap tak lama aku meletakkan tas, aku akan segera bertemu kakakku. Tapi kok lama banget ya dia nggak muncul? Beberapa kali aku menanyakan kepada Tante kok kakakku belum kelihatan juga. Rupanya dia biasa datang pukul 20.00 atau 21.00. Duh, malam amat pikirku.

Dan akhirnya ketika aku sudah terkantuk-kantuk, kakakku pun datang. Kami berbincang sebentar sampai akhirnya mata sudah lengket. E, pagi-pagi betul, ketika aku masih enak-enaknya memeluk guling, Ibu membangunkan aku dengan bertanya, "Mau nganter kakakmu sampai ke depan kompleks nggak?" Aku langsung mengiyakan. Dan pagi itu kami bertiga berjalan menyusuri kompleks. Perasaan, ujung depan kompleks itu jauh amat. Mungkin karena masih agak gelap dan aku sendiri masih mengantuk, ya?

Hmm ... tapi begitulah. Sejak hari itu aku jadi ikut merasakan betapa "ribet"-nya kerja di Jakarta. Harus bangun dan berangkat ke tempat kerja pagi-pagi benar dan pulangnya ketika sudah mendekati jam tidur. Bayanganku, gaji kakakku gede banget. Tapi ternyata gajinya tak banyak kalau tak mau dibilang minim. Hari Sabtu dia masih masuk pula. Jadi, ya ... lumayan capek deh. Pengennya sih dia cari kerja di tempat lain, tapi nggak dapat-dapat. Untung dia akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan di Jogja dengan menjadi pengajar di sebuah universitas swasta.

Mengenang hari-hari itu, dia mengatakan bahwa salah satu alat transportasi yang sangat membantunya adalah kereta atau KRL. Jika dia beruntung, dia bisa pulang dengan naik kereta dan waktu untuk perjalanan pulang bisa terpangkas hampir separonya. Ongkosnya pun lumayan murah jika dibandingkan dengan naik bus.

Ya, memang KRL di Jakarta sangat membantu. Itu kurasakan juga. Aku akan sangat senang jika suamiku bisa pulang naik kereta. Itu berarti dia bisa sampai rumah dengan cepat. Hmm, siapa sih yang tidak senang suaminya pulang cepat? He he. Dan kemarin aku main ke Bekasi ke rumah omku. Aku dan suamiku naik KRL dari stasiun yang tak jauh dari tempat tinggalku. Perjalanan dari Klender sampai Bekasi paling cuma butuh 15 menit dengan naik kereta. Asyik kan? Jika naik bus, belum tentu 30 menit kami bisa sampai Bekasi. Apalagi para sopir bus itu rajin sekali ngetem untuk mencari penumpang. Belum lagi kalau sial terkena macet. Waktu akan habis di jalan.

Kupikir, salah satu alternatif alat transportasi umum di Jakarta yang baik jika dikembangkan adalah KRL. Ongkosnya pun tak terlalu mahal. Jika naik KRL ekonomi non AC, kami cukup membayar Rp 1.500 untuk sampai Bekasi (dari Klender). Jika mau yang lebih nyaman sedikit dengan tambahan AC, ongkosnya Rp 4.500. (Bandingkan dengan ongkos metromini: Rp 2.000 dan ongkos KWK yang sampai Rp 3.000). KRL itu sekali angkut bisa memuat penumpang lebih banyak dibandingkan bus patas yang segede bagong itu. Secara kasat mata bisa dilihat penumpang yang bisa diangkut dengan sebuah metromini lebih sedikit dengan jumlah penumpang dalam satu gerbong kereta. Padahal KRL itu punya berapa gerbong? Kurasa lebih dari 5 gerbong. Dari hitungan jumlah penumpang yang bisa terangkut saja, KRL lebih efisien. Belum lagi jika membandingkan luas badan jalan yang dibutuhkan sebuah bis dan lebar rel kereta api. Bisa membayangkan sendiri kan?

Sayangnya, kok sepertinya pemerintah sepertinya lebih suka membangun jalan tol ketimbang mengembangkan jalur kereta ya? Padahal aku yakin, jika jalur kereta ditambah; KRL tidak sering terlambat; frekuensi keberangkatan kereta semakin banyak; kemacetan di jalan raya itu bisa berkurang. Dengan kereta, ongkos perjalanan bisa dikurangi, waktu selama di jalan juga semakin singkat dan itu berarti waktu untuk orang-orang tercinta jadi semakin banyak :)

*Gambar diambil dari sini

12 comments:

DV on 1:46 AM said...

Itungan logis, harusnya pemerintah yang benar adalah pemerintah yang membela kepentingan orang banyak :)

KRL dan bus harusnya memang lebih diperhatikan ya kris. kalau setidaknya mereka lebih suka mbangun jalan tol, mbok ya mbangun jalan tol khusus bus dan kereta.

Yo pho ra?:)

krismariana widyaningsih on 4:11 AM said...

@DV: Iya Don, di Jakarta ini terasa sekali pentingnya mengembangkan transportasi massal yang efektif. Coba kalau KRL itu lebih bagus kualitasnya, pasti banyak orang tidak beli mobil pribadi atau sepeda motor. Wong naik kereta saja murah dan cepat kok. Cuma kok pemerintah ini rasanya nggak membela kepentingan rakyat ya?

AndoRyu on 5:28 AM said...

Hehehe, dulu aku tinggal di depok dan kerja di tangerang, sebelum mabok dan mutusin tinggal di tangerang aja. kayaknya nasibku dulu lbh buruk dr kakakmu.

Aku berharap transportasi KRL lbh ditingkatkan di Indonesia. Gak perlu semewah Jepang (mewah disini berarti tepat waktu), yg penting jalurnya banyak dan merata, serta jumlah kereta mencukupi utk ngangkut penumpang.

Anonymous said...

KRL memang lebih cepet, Nik..lebih murah pula..
tapi sayang masih banyak pelanggaran yo? yg naek atap gerbong lah...yg gak bayar lah..
belum lagi kecelakaan yg terjadi.
hmmmm...
kupikir, area sekitar rel harus bersih dari pemukiman warga utk menghindari hal-hal yg nggak kita inginkan.
kapan Perkereta-apian Indonesia bisa semaju Jepang ya?

Oni Suryaman on 7:10 PM said...

aku pernah dengar dari orang dalam, katanya para bos otomotif indonesia melobi pemerintah indonesia untuk lebih memprioritaskan pembangunan jalan tol untuk mendongkrang penjualan otomotif indonesia.

Budaya Pop on 7:55 PM said...

Dalam jangka pendek, memang membangun jalan tol lebih cepat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain, lobi-lobi dari industri otomotif. Dalam jangka panjang, keuntungan dan kerugian yang didapat tidak sebanding. Jika mengaca pada negara tetangga, bukankah raksasa-raksasa otomotif ada di Jepang yang sistem perkeretaapiannya jauh lebih maju? Aneh kan?

krismariana widyaningsih on 8:03 PM said...

@Yusahrizal: Wah nggak kebayang deh kalau harus pulang pergi dari Depok ke Tangerang tiap hari. Mabok beneeeer!

@Nana: Iya, lebih murah Na kalau naik KRL. Sebenarnya kalau ditertibkan bisa, tapi pemerintah sptnya nggak niat.

@Oni: Jadi ternyata ujung2nya duit ya?

@Budaya pop: Hmmm ... iya ya? Pemerintah kita memang nggak niat membuat perubahan yg lebih baik

IESP93 on 7:06 PM said...

memang sih, krl transportasi murah, meskipun aku belum pernah naik :(, tapi alo pas aku pulang ke cepu, aku pasti naik krd, murah, cepat, dibanding kalo naik bis...semoga ada juga orang pemerintahan yang kebetulan baca tulisan mu ,kris...semoga mereka tak telat memikirkan dan merealisasikannya.
Salam.

Eben Ezer Siadari on 2:50 AM said...

kris, krl itu udah jadi 'dunia' tersendiri. ada org yang sampe bikin kelompok arisan di krl, karena sudah begitu kompak dan rutinnya mereka naik bersama. soal jatuh cinta sampai ke pelaminan jg ada di krl, sama seperti dukacita, semisal kereta mogok lantas bolos rame2 hehehe. ada juga mailing list krl-mania. coba di googling kalau mau cari bahan. eniwei, ini adalah pilihan topik yg hangat tentang jakarta dari perspektif yogya hehehehe

krismariana widyaningsih on 4:56 AM said...

@kikis: saya juga jarang2 naik KRL. kalau diitung2 baru 4 kali naik KRL selama saya di Jkt hehehe.

@bang eben: mestinya bang eben bisa nulis ttg KRL lbh panjang lagi, krn lbh sering naik KRL kan? :D

Anonymous said...

Udh keliatan ada perkembangan mbak..
monorail :D
walaupun lg tersendat pembanghunannnya hehehe

Anw soal kefetifitasan kereta ini, udh ada pengembang rumah yg mengintegrasikannya sbg fasilitas perumahan. Macam yg di bintaro itu.

Jempol deh ;)
at least ada yg perduli... nungguin pemerintah...
Heeeem... mesti puasa 40 hari 40 malem 40 tahun kali hahahaha

krismariana widyaningsih on 12:20 AM said...

@Eka: iya, sebenarnya kalau jalur kereta bagus, warga tidak perlu menghabiskan waktu yg tidak efektif di jalan. berasa banget efektifnya kalau naik kereta. pemerintah nggak niat sih mengembangkan kereta...