Wednesday, August 26, 2009

Aku Tidak Pulang ke Jawa


Ini petikan percakapanku dengan seorang teman di YM:
Teman (T) : Besok lebaran kamu pulang ke Jawa?
Aku (A) : Pulang ke Jawa?
T: Iya, kamu nggak pulang ke Jawa?
A: Emang Jakarta itu di dasar laut ya? Atau Jakarta itu suatu pulau sendiri?
T: He he
A: Aku pulang ke Jogja atau ke Madiun, bukan pulang ke Jawa

Ya, aku risi kalau ditanyai: "Mau pulang ke Jawa, ya?" atau "Kapan pulang ke Jawa?" Dan pertanyaan itu hanya dilontarkan kepadaku saat aku berada di Jakarta--oleh warga Jakarta. Biasanya sih yang melontarkan pertanyaan seperti itu adalah orang yang cukup lama tinggal di Jakarta. Jujur, pertanyaan itu malas sekali kujawab. Kenapa? Soalnya bagiku pertanyaan itu semacam meremehkan Jawa Tengah, Jogja, atau Jawa Timur. Padahal orang-orang yang akan pulang ke daerah Jawa Barat tidak ditanyai seperti itu. Biasanya mereka langsung menyebut nama daerahnya, misalnya pulang ke Kuningan, ke Pandeglang, dan sebagainya.

Kepada orang-orang yang lebih tua dan cukup kuhormati, biasanya untuk menjawab pertanyaan seperti itu aku akan mengatakan, "Saya mau pulang ke Jogja, Pak/Bu." Aku tidak mengiyakan begitu saja. Dan kepada orang yang bisa diajak bercanda, aku akan mengatakan seperti kepada temanku di YM tadi, "Memangnya Jakarta itu di dasar laut ya? Atau Jakarta itu suatu pulau sendiri?" Hehe. Please deh, Jakarta ini kan masih di Pulau Jawa. Jadi kenapa kalimat pertanyaannya seperti itu? Apakah orang-orang itu secara tidak langsung hendak menyatakan, "Ini lo gue orang Jakarta. Jadi, gue lebih tinggi derajatnya daripada elu yang orang daerah." Huh! Semoga saja tidak begitu.

Aku sampai sekarang masih bertanya-tanya apa yang membuat warga Jakarta memilih istilah pulang ke Jawa. Kenapa sih? Apa susahnya menyebut nama daerah atau kota yang dituju? Salah satu perkiraanku adalah, orang yang bertanya seperti itu cuma latah memakai istilah pulang ke Jawa. Maksudku, mereka asal saja dalam memakai istilah tersebut. Mereka tidak berpikir dulu sebelum menggunakan istilah itu. Duh! :(

Ngomong-ngomong, adakah yang tahu bagaimana sejarahnya sampai orang-orang Jakarta ini memakai istilah pulang ke Jawa?

13 comments:

Riris Ernaeni on 3:32 AM said...

Awalnya aku juga risih, Kris! Lama2 biasa, bahkan jadi pengguna istilah itu. Mengapa? Aku sendiri ga tau..

Rasanya aku memang harus kembali pada Bahasa Indonesia yang sejati. Lebih menghargainya dan menempatkannya pada posisi yg terhormat... mulai dari hal2 yg kecil ini

hmmm...rasanya aku mengenal temanmu itu ..bhwahahahaha..

Anonymous said...

kalo aku boleh dong bilang pulang ke jawa??

btw kayaknya lebaran ini aku tidak pulang ke jawa euy!!!

Ikkyu_san a.k.a imelda on 4:15 AM said...

Hahaha...

Saya malah ngga suka pake istilah itu, padahal banyak asisten RT saya yang berkata, "dari Jawa" waktu ditanya, "Kamu asalnya dari mana". Jadi saya selalu balik bertanya, "Jawanya di mana?".

Menurut hipotesa saya begini. Banyak penduduk Jawa Tengah yang bekerja di Jakarta, dan entah bagaimana mereka dianggap "Orang Jawa" , Jawa = Jogja dan sekitarnya. Dan mungkin krn mereka juga menganggap Jogja adalah pusatnya Jawa (musti bangga dong hihihi) karena berada di tengah-tengah. Jadi kalau mau mudik pun bilangnya pulang ke Jawa. Mustinya justru org Jakarta marah karena tidak dianggap bagian dari Pulau Jawa. (Asal jangan dianggap bagian Pulau Seribu aja hihihi).

EM

Q - Kiss on 5:32 AM said...

Ha ha ha...iya aku juga lupa kok tadi nanyanya pulang ke jawa ? mestinya tanyanya lebaran mudik ke kampung halaman nggak?

vizon on 7:52 AM said...

itu sama juga dengan orang yang menyebut setiap orang minang itu orang padang. padahal, padang itu kan nama salah satu kota di sumatera barat. aku sering sebel disebut sebagai orang padang. aku kan orang bukittinggi.

tapi, memang begitulah... kita begitu mudah untuk mengeneralisasi sesuatu, demi kemudahan pengucapan.

btw, jateng, jatim dan jogja kan memang beretnis jawa, kalau jabar itu etnisnya sunda. barangkali dari sana tuh awalnya... (asal nebak jhe)

DV on 5:01 PM said...

Lha ya itulah contoh sikap arogan :)
Kalo bukan arogan, bukan Jakarta namanya...

Tapi ngomong-ngomong, kamu benar, sooner or later, Jakarta bakalan di bawah laut hihihihihi :))

krismariana widyaningsih on 5:29 PM said...

@Riris: Ya, ya ... menggunakan bahasa Indonesia yang baik menurutku itu salah satu cara menghargai negeri kita ini.
Hmmm ... kamu kenal juga ya dg temanku itu? Ssst, cuma kita berdua aja yg tahu siapa dia ya? Hehehe.


@Bro Neo: Kalau nggak pulang ke Jawa, pulang ke mana lagi, Mas? Ke Muntilan atau Ngayogyokarto?


@Imelda: Ternyata Mbak Imelda sebagai orang Jakarta yang tidak memakai istilah itu, ya. Jadi, sebenarnya siapa yang berhak marah nih? Hihi.


@Q-Kiss: Biasanya istilah mudik itu mengacu juga ke kampung halaman, Pak... :D Jadi cukup bertanya, "Mudik nggak?" Lebih hemat kata-katanya :)


@Uda Vizon: Hehe, intinya kita ini biasanya kurang suka jika digeneralisasi ya?
Penjelasannya cukup masuk akal Uda... :)


@DV: Besok kayaknya lama2 di Jakarta bakal ada developer perumahan di bawah laut deh...

Anonymous said...

Selama hidup di Kalimantan dan Sulawesi aku sering tanya dan ditanya: pulang ke Jawa nggak?

udah "sah" aku menyebut mudik ke Jawa hehehe...

Tuti Nonka on 9:54 AM said...

Saya setuju analisis Uda Vizon, orang Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut "orang Jawa" karena mereka memang suku Jawa dan berbahasa Jawa. Sedangkan orang Jawa Barat adalah suku Sunda dan berbahasa Sunda. Masalahnya, kenapa orang Sunda tidak ditanya :"Kamu pulang ke Sunda nggak?"

Masih untuk Uda Vizon, ooh ... saya baru tahu, kalau tidak semua orang Minang suka disebut sebagai orang Padang .... maaf ya Da ... :D

krismariana widyaningsih on 2:24 AM said...

@Nana: wis sah kok Na. tenan sah... hehe

@Tuti Nonka: iya ya Bu, kenapa orang Jawa Barat nggak pernah ditanya "nggak pulang ke Sunda?" Bisa buat bahan tulisan lagi kali, ya? :)

Eka Situmorang - Sir on 3:52 AM said...

Hihihii
akur dah sama mbak EM ;)

anw.. dulu saya dimarahi mama kalo bilangmo mudik ke jawa.
eeeh skr malah mama saya yg bilang mo pulkm ke jawa :D hahahaha

efek generalisasi kata uda vizon...

Himawan Pridityo on 5:44 AM said...

Kayaknya istilah itu sering saya sebut lho. Mungkin karena budaya Jakarta dan Jawa (bagian tengah n timur) sangat berbeda jauh. Jakarta sejak semula bernama Batavia memang memiliki kemerdekaan penuh dari Mataram, faktor inilah yg menjadikan penduduk Jakarta begitu bangga dgn identitasnya tersebut. Tapi dibalik stereotip itu sebenarnya terselip sentimen rasisme lho. Saya yg keturunan Jawa merasakan hal tersebut saat masih SD. "elo orang Jawa ya Wan?" (ada penekanan yg aneh) kata teman saya yg orang Betawi, seakan Jawa itu entitas terbelakang dan hegemonik.


Lucunya, ketika saya besar, justru mereka yg merantau ke Jakartalah yg terpapar sindroma ini. Dari cara bicara mereka yg dibuat menyerupai orang Betawi, plus 'elu' n 'gua', saya malah aneh mendengarnya. Maklum, meski kelahiran Jakarta saya jarang sekali menggunakan logat Betawi. Saya jauh lebih nyaman dgn logat Indonesia versi Orde Baru. He..


Oya, salam kenal nih.

krismariana widyaningsih on 6:23 AM said...

@Eka Situmorang-Sir: itu latah namanya ... heheh

@Himawan: Sebetulnya gejala2 sosial spt gitu menarik kalau dibuat penelitian, menurutku. Jujur saja, aku penasaran apa sih yg sebenarnya terjadi di balik semua istilah dan kata yang dipakai itu?