Tumpukan Kenangan
Hari-hari ini aku mengusung beberapa barangku di meja kerjaku yang sudah ditempati selama enam tahunan ke rumah. Memang, dibandingkan yang lain, mejaku rasanya yang paling rame. Banyak barang yang ada nongkrong di situ; terutama buku, katalog, hand out dari seminar atau pelatihan, dan sebagainya. Kadang kutemukan barang-barang yang tidak penting, seperti selipan buku, kertas-kertas tagihan, undangan kawinan teman yang sudah dua tahun silam ....
Kalau aku menyadari tinggal beberapa hari aku di Jogja, rasanya barang-barang itu jadi "barang berharga". Ada berlapis-lapis kenangan yang terkandung di barang-barang itu.
Aku jadi ingat waktu nonton jazz di depan monumen SO 1 Maret di ujung Malioboro. Awalnya sih aku rada ogah2an. Tapi rupanya Tompi memang keren! Dan aku seperti terbius menyaksikannya. Di tengah-tengah penampilannya, aku sebenarnya sadar, penampilan Tompi itu akan berakhir. Jadi setiap detik adalah saat yang berharga. Sangat berharga. Nantinya, penampilannya itu akan fade away ... menghilang. Dan babak selanjutnya akan menggantikannya. Penampilan Tompi itu tak akan terulang lagi. Jam terus merambat; itu berarti aku harus pulang, mencari becak atau taksi, dan mengurus perutku yang lapar.
Sebenarnya setiap jamku di ruang penerbitan itu juga sangat berharga. Hanya saja kadang aku tidak menyadarinya. Memang, di ruang kerjaku yang dulu tidak ada Tompi yang menyanyi secara live. Tapi di situ ada banyak orang yang memberikan lapisan kenangan pada benda-benda di mejaku, di hati dan pikiranku, di flash disk-ku, dan seterusnya.
Sekarang aku berada di sini, di jam ini. Di "menit-menit terakhir ini" rasanya semua begitu memanjakanku. Teman-teman seruangan rasanya begitu kocak. Teman-teman yang lain juga terasa hangat, begitu tulus, begitu helpful. Rasanya aku ingin berlama-lama di sini. Memanjakan hati dan pikiranku, membiarkan mereka menyentuh hatiku sekali lagi.
Lapisan kenangan itu semakin tebal rasanya. Menyelimutiku dengan lembut, dan membuatku ingin berkubang di situ .... Rasanya aku mencintai semua yang ada di sini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
Hhhhhh ..... (menghela nafas) ...
namanya reaksi irreversibel alias tidak bisa dibalik. kenangan tak bisa diputar. nasi tak bisa dimasak jadi beras. Ooohh ..
Post a Comment