Back To Normal!
Sudah dua hari ini rasanya aku benar-benar lega. Ibarat ikan yang selama beberapa waktu lalu tidak tinggal di air, aku serasa dikembalikan ke habitatku. Jadi pengennya menyelam dalam-dalam, berputar-putar mengelilingi kolam, dan ... menjadi diriku sendiri!
Seminggu kemarin aku pulang dalam rangka menikah. Yeah! Kalau soal menikah sih sebenarnya itu not a big deal. Maksudku, aku semuanya baik-baik saja. Aku dan suami sudah cukup mengenal dengan baik, jadi tidak ada acara terkaget-kaget atau semacamnya.
Masalahnya, selama beberapa hari itu, aku serasa masuk dalam dunia lain. Dunia lain milik orangtuaku, keluarga besarku, tetangga-tetanggaku, teman-teman ortuku, dan seterusnya. Sejak awal aku sudah membayangkan bagaimana ribetnya acara yang akan kujalani. Bapak minta dibuatkan undangan sekian ratus, padahal aku cuma pengen mengundang puluhan orang saja. Just my inner people. Orang-orang dekatku; terutama yang kenal betul dengan kami. Tapi yah, ternyata ortuku tidak bisa begitu. Jadilah, aku "tutup mata", tahu jadi saja. Pasrah bongkokan.
Tapi rupanya aku tidak bisa benar-benar pasrah bongkokan. Suliiiit banget! Aku seperti dipaksa untuk menjadi orang lain. Bahkan, aku sering terkaget-kaget ketika sadar bahwa orang-orang yang sedang sibuk ndak karuan itu ternyata sibuk untuk mempersiapkan acaraku! Duh! Aku jadi merasa bersalah. Aku rasanya ingin berteriak, "Hey! Aku tidak membutuhkan semua kesibukan ini!" Aku jadi bertanya-tanya, mengapa mereka sibuk melakukan ini dan itu? Mengapa? Untuk membuatku senang? Untuk membuat acaranya meriah? No, no, no. Sebenarnya aku lebih suka acara yang sangat simpel. Kalau bisa sih, cuma menghadap pastor, diberkati, sudah. Kalau mau makan-makan, aku lebih suka makan dengan orang-orang dekatku, ke restoran favorit kami. Begitu cukup. Tak perlulah sibuk dan pontang-panting ke sana kemari: memesan tenda, mengambil kebaya, pesan daging, dan seterusnya.
Mari kita duduk sama-sama. Bikin saja wedang teh yang kental, hangat, dan manis. Lalu, beli saja gorengan atau kalau mau yang agak berat, kita pesan saja nasi goreng telor atau soto ayam. Nah, lalu kita ngobrol sama-sama. Tanyailah kami bagaimana kami bertemu, apa pemikiran kami tentang keluarga, apa saja cita-cita kami .... Sesederhana itu. Mudah. Hangat dan tidak ribet.
Sungguh, seminggu di rumah justru membuatku stres. Walaupun bisa dibilang aku tidak ngapa-ngapain, aku tapi benar-benar tak bisa paham mengapa orang-orang itu sibuk. Dan karena itulah, aku jadi stres.
Di saat-saat seperti itu aku justru merindukan keseharianku yang biasa nongkrong di depan komputer, bangun siang, ke GG, ngobrol dengan teman-teman, puter-puter Jogja. Saat-saat itu, aku benar-benar kangen Jogja dan teman-teman. Hhhh!
Dan sekarang, setelah hari Jumat itu berlalu, aku bisa bernapas lega. Apalagi ketika aku sudah menjejakkan Jogja ... mencium aroma Jogja, berkumpul lagi dengan teman-teman, bisa nongkrong di depan komputer, main game ... yuhuuuu!!! I'm back to normal! Bahagia deh!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
Menik!!!!
Selamat ya! Skali lagi selamat menempuh bahagia!
Salam untuk suami juga!
SElamat Ya Kris, smoga selalu rukun, bahagia dan cepet punya momongan
Eh Kris ... u dah merit? ndak kasih kabar??? Selamat yah ...
Di jakarta tinggal di mana?
hey hen...
aku di jkt timur. di klender. kpn2 ketemuan yuk!
Selamat menempuh hidup baru ya Mbak Menik. Klender-nya dimana ?
Post a Comment