Friday, September 14, 2007

Global Warming: Peringatan yang Sudah Terlambat

Beberapa waktu belakangan ini, isu global warming benar-benar warm (atau mungkin sudah enggak warm lagi, tapi sudah benar-benar hot). Aku beberapa kali mendapat forward e-mail yang isinya serupa. Intinya sih supaya kita benar2 hemat energi, mesti cermat betul dalam menggunakan sumber daya yang ada.

Kalau kupikir-pikir, barangkali bumi ini mirip orang yang sudah divonis kena kanker stadium lanjut. Yang harapan untuk hidupnya tinggal beberapa bulan lagi. Kalau pengobatan kemoterapi, diet makanan, olahraga, serta dukungan orang-orang di sekitarnya tidak dipadukan dengan penuh kecermatan, jangan harap bisa ketemu dengan cucu, buyut, cicit, canggah, gantung siwur, dan seterusnya. Jadi ini memang genting.

Tapi sebenarnya, hal-hal yang mengancam kita sekarang sebenarnya bisa direduksi atau bahkan dihindari jika manusia sejak awal bisa berpikir panjang dan bijak. Misalnya, kita sebenarnya bisa saja lebih memberdayakan energi surya, angin, air, tentu kita enggak ribut jika harga minyak bumi melambung. Listrik di rumah2 pakai tenaga surya semua. Rumah tangga masing-masing mandiri dalam hal pasokan listrik. Asyik kan?

Saat ini orang-orang mulai ada yang menolak tas kresek jika berbelanja di supermarket atau pasar. Ini oke sih, aku mendukungnya. Tapi pertanyaannya, kenapa baru dilakukan sekarang? Kenapa enggak dari dulu-dulu? Kalau produksi plastik sangat dibatasi, tentu sungai-sungai di Jakarta dan kota-kota besar lainnya tidak akan penuh dengan sampah non-organik ini kan?

Dan kini, sampah yang tidak bisa terurai sudah begitu menumpuk. Kita sudah kewalahan. Pasokan energi pun sudah mulai seret. Lalu, orang-orang mulai panik karena bumi sudah semakin panas. Akhir dunia (mungkin) sudah dekat, karena (jangan-jangan) kita sendirilah yang mempercepatnya.

4 comments:

Oni Suryaman on 8:45 PM said...

Memang, manusia selalu terlambat mengantisipasi. Perlu dilihat bahwa pemakaian minyak secara ekstensif baru dimulai di awal abad ke-20. Memang pemakaian batu bara sudah dimulai di awal Revolusi Industri dan sudah mencemari. Namun abad minyak melahirkan sesuatu yang tidak pernah kita duga. Kenikmatan berkendaraan sehingga kita gak usah naik kuda seminggu lamanya untuk menembuh Jakarta Jogja bisa diatasi mobil dengan mudah. Sekarang kendaraan bermotor adalah monster penyedot minyak terbesar dan juga pencemar bumi terbesar.

Kalau mau baca yang bagus tentang ini bisa dilihat di http://www.amazon.com/Revenge-Gaia-Earths-Climate-Humanity/dp/0465041698/ref=pd_bbs_sr_1/102-1823345-7983355?ie=UTF8&s=books&qid=1190086746&sr=8-1

Dan tentu saja nonton film Inconvenient Truth-nya Al Gore.

Seperti kata Dr. Lovelock yang menulis buku di atas, bumi pasti selamat dari krisis ini, karena bumi sudah selamat dari beberapa krisis sebelumnya (ditabrak komet, polusi oksigen, dll dll), pertanyaannya adalah spesies kita, manusia, akan selamat atau tidak. Dinosausur yang pernah "berkuasa" di bumi selama 40 juta tahun saja musnah... Apalagi kita yang baru menginjak bumi ini sekitar 2.5 juta tahun yang lalu dan baru berkuasa kurang lebih 1 juta tahun yang lalu.

Omah PatPit on 6:00 AM said...

mbak... kalu dirasa-rasakan, global warning kan mirip bunyi ma gombal maning .. ya? :D

Anonymous said...

Global Warming ini memang sudah bukan sekedar "wacana"... ini sudah menjadi "realita".

Cara sederhana untuk memberikan pemahaman tentang Global Warming kepada anak kecil sebenernya mudah. Ajak mereka buka Google-Map. Kasih lihat "wajah" bumi kita yang sesungguhnya. Dari situ kita bisa lebih mudah bercerita banyak tentang bumi kita dan nasibnya kepada anak....

Anonymous said...

Kalau menurut saya sih, sebenarnya bukan manusia selalu terlambat mengantisipasi. Tapi manusia seringkali tersadar di saat-saat terakhir. Mungkin dulu sudah banyak yang memperkirakan kejadian ini -global warming-. Cuma yaa namanya manusia, seringkali belum percaya atau menganggap enteng kalau belum melihat sendiri buktinya. Lha wong sudah ada buktinya, seperti sekarang ini saja, masih banyak yang ndableg, apalagi kalau baru sebatas ramalan -dulu-.

Tapi tetap saja, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki masalah lingkungan. Dan jangan pernah bilang, terlambat masih lebih baik daripada tidak sama sekali, untuk masalah lingkungan. Karena ada yang bilang, bahwa sebenarnya lingkungan kita ini bukanlah warisan nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita.