Monday, October 16, 2006

Tetangga Oh Tetangga!

Kemarin aku rewang di rumah salah satu tetanggaku. Bantuin bikin makanan untuk buka puasa. Ini sebenarnya hal yang jarang kulakukan sih. Wong maen ke tetangga aja aku jarang kok.

Dulu aku benernya beberapa kali masih main ke rumah tetangga. Lagian, tetangga terdekatku cuma 3 rumah, jadi enggak ada salahnya dong kalau berusaha deket dengan mereka. Katanya tetangga itu sodara yang terdekat. Iya nggak sih?

Tapi pikiranku jadi berubah setelah beberapa waktu lalu ada tetanggaku yang bertengkar heboh banget. Suaranya kenceng banget deh! Kaya di sinetron-sinetron itu lo! Aku sendiri nggak berani keluar waktu itu. Takut kalo kesangkut macem-macem.

Dan sejak saat itu hubungan dua orang tetanggaku itu jadi enggak enak. Kalau pas ketemu ibu depan rumah, dia cerita ttg yang jelek2 soal ibu sebelah rumahnya. Begitu juga sebaliknya. Duh, pusing!

Kupikir, yang bermasalah itu cuma mereka berdua. E... enggak tahunya, aku yang enggak tahu apa-apa ini ikut digosipin juga sama ibu depan. Halah! Itu cukup membuatku parno kalo ketemu dia. Mesti ati-ati banget. Apalagi kalau rumahku kedatangan tamu. Kayaknya pikirannya bisa melayang ke mana-mana deh. Benarnya masih mending sih kalau cuma pikirannya yang melayang-layang, tapi repot juga kalau pikiran yang ke mana-mana itu juga diomongin ke mana-mana.

Aku enggak tahu persis apa yang dia omongin sih, cuma enggak enak banget waktu aku denger dari orang lain! Kadang aku bertanya-tanya, kenapa sih dia enggak tanya langsung sama aku tentang semua kecurigaannya itu? Kenapa mesti justru dijadikan bahan pembicaraan dengan tetangga-tetangga yang laen? Padahal aku enggak pernah rese sama dia. Tapi kok dia ribut banget sih sama keluargaku?

Tapi pas aku nulis ini, aku jadinya mikir gini. Kalau tetanggaku itu wilayah pergosipannya cuma sebatas kampungku dan anggota keluarganya, kalau hal ini kutulis di blogku, yang bisa baca kan enggak cuma orang di deket rumahku. Orang dari belahan dunia laen juga bisa baca, kan? Hehehe. Dilihat dari wilayah sebarannya, dia enggak ada apa-apanya! :p

Mungkin tugasku sekarang satu: Tetap mengasihi tetanggaku yang rese itu, walaupun aduuuuuh ... sulitnya minta ampun! (Abis lidahnya tajem banget!)

0 comments: