Monday, August 03, 2009


Merindukan (Kepemimpinan A la) Purvis

Entah apa yang membuatku mengatakan iya ketika suamiku bertanya, "Mau nonton Public Enemies, nggak?" Aneh. Biasanya aku malas sekali menonton film yang penuh adegan tembak-tembakan. Aku tidak tertarik melihat darah berceceran yang sering muncul di dalam film semacam itu. Dari judulnya saja sudah jelas bakal ada adegan tembak menembak.

Apakah karena Jonny Deep menunjukkan aksinya di film ini? Ah tidak juga. Aku bukan penggemar berat Jonny Deep. Iya, iya dia memang cakep, tapi bukan seleraku banget hihi. (Kayak dia mau sama aku aja :p) Yah, pokoknya tiba-tiba aku pengin nonton saja.

Akhirnya, senin sore itu aku nonton bersama suami dan dua orang teman kami. Dan bisa ditebak, aku yang lebih suka menonton film animasi, merinding ketika menonton film itu. Adegan tembak-tembakannya itu lo, mantep banget. Saking mantepnya, membuatku beberapa kali harus menutup mata kalau melihat darah sudah mulai berleleran. Dooooh ...!

Tidak, aku tidak akan mengulas film Public Enemies ini. Kalau mau tahu review-nya, lebih baik baca di sini saja. Suamiku sudah menuliskannya dengan baik. Hehehe. (Ni, ini aku promosiin blogmu lagi nih!) Di film ini yang mengesankan bagiku adalah penampilan Christian Bale. Gile, cakep! Yang cakepnya kaya gini nih, yang termasuk seleraku. Dan dia memerankan Melvin Purvis, agen FBI yang tugasnya memang mengejar John Dillinger yang licin bak belut itu.

Sebenarnya C. Bale terlalu tinggi untuk memerankan Purvis. Soalnya pas aku membuka-buka arsipnya om Wiki, Purvis ini ternyata "pendekar" alias pendek kekar. Tapi tak apalah, untuk memanjakan mata penonton seperti aku, C. Bale itu sangatlah menghibur. Hihi.

Jadi, ceritanya aku ini terinspirasi sekali oleh gaya kepemimpinan Melvin Purvis. Di awal kepemimpinannya, ada anak buahnya yang tewas saat mengendus jejak gerombolan Dillinger. Lalu, dia tanpa ragu mengakui bahwa dia tidak sanggup menangkap Dillinger jika tanpa dukungan anak buah yang bisa diandalkan. Dia mengatakan lebih baik mundur daripada menyerahkan anak buahnya satu per satu tewas disosor peluru dari gerombolan Dillinger. Aku mengacungkan jempol untuk kerendahan hatinya mengakui kelemahan. Tidak ada ceritanya tuh dia memarahi anak-anak buahnya untuk menutupi kelemahannya.

Lalu, yang aku salut banget adalah ketika ia menegur anak buahnya karena memperlakukan pacar Dillinger dengan kejam sampai-sampai perempuan cantik itu tidak sanggup jalan ke toilet. Tahukah kalian apa yang dilakukannya ketika Frechette dengan terbata-bata berkata, "Aku tak sanggup berjalan...."? Purvis itu menggendongnya! Tak ada kesan dia ingin memanfaatkan kesempatan untuk menyentuh perempuan cantik itu, tapi semata-mata karena begitulah seharusnya memperlakukan wanita. Meskipun dia termasuk dalam komplotan penjahat, tapi tidak boleh ditampar dan dipukul.

Kemudian, ketika timnya sedang baku tembak dengan gerombolan Dillinger di Litte Bohemia. Waktu mengejar gerombolan Dillinger yang kabur, Purvis berdiri di sebelah luar mobil yang membawanya sambil terus menembak. Dia tidak masuk dan bersembunyi di dalam mobil. Di adegan itu aku melihat dia memang pemberani, dia seolah-olah mengatakan, "Aku akan melindungi anak buahku." Di situ dia juga menunjukkan bahwa dia percaya pada anak buahnya yang menyetir mobilnya. Bayangkan jika anak buahnya kurang terampil menyetir, salah-salah Purvis-lah yang kena sasaran tembak kelompok Dillinger.

Sungguh aku kagum pada Purvis. Dan aku merindukan kepempimpinan seperti itu. Kapan ya aku punya pemimpin yang seganteng dan secerdik Purvis? :)

7 comments:

DV on 10:17 PM said...

Pengen nonton film ini tapi takut 'nggak dong' englishnya :)

Kamu percaya nggak, beberapa film yang kaya conversation terpaksa ku skip karena aku masih kesulitan untuk mendengarkan dan mengerti artinya :)

Ndeso tenan yo...

Riris Ernaeni on 12:32 AM said...

pemimpin2 seperti itu sudah langka ya Kris? Aku pun merindukan pemimpin seperti itu, yang memperjuangkan nasibku (curhat,nich!), yang peduli dengan hasil kerjaku. Ya..aku pun merindu..

Pojok Hablay on 3:50 AM said...

asal jangan pakai "cepat mati" seperti nasib Melvin Purvis.

Anonymous said...

Tak ada kesan dia ingin memanfaatkan kesempatan untuk menyentuh perempuan cantik itu, tapi semata-mata karena begitulah seharusnya memperlakukan wanita.

--------------

So nice ! ;)
belum nonton niy mbak..
baca ini, jd pengen nonton.
tapi kalo kayak kata DV, banyak conversationnya
bisa2 suamiku tidur hehehe

slam kenal ya mbak ;)
tau dari mbak nana niy....

Q - Kiss on 1:22 AM said...

pinter ya sutradaranya, sampai buat orang terkesima...

Anonymous said...

aku belum nonton film-nya...liat posternya udah lemes duluan...sama Nik, aku juga nggak suka adegan tembak-tembakan, yang berdarah-darah, dan perang...
aku lebih suka animasi atau drama (based on true story)

krismariana widyaningsih on 12:20 AM said...

@DV: suk golek VCD-ne ae nek pas ning Indo...

@Riris: hehe, iya ... aku ya mengalami hal yg sama dgmu kok. susah memang dpt pemimpin yg bagus.

@Mellyana: haha... iya. sayang dia mati muda ya

@Eka: halo Eka, salam kenal juga :) memang lumayan banyak percakapannya sih film itu. tp tembak2annya mantep. dijamin nggak tidur deh! sering-sering mampir ya :)

@Q-Kiss: iya, kata suamiku sutradaranya memang jago

@Nana: kalau gitu nonton UP, Na! Bagus deh :)