Kalau Karyawan Kencing Berdiri, Maka Bos Pasti Kencing Berlari ....
Tahu nggak, siapa teman terbaikku ketika aku sedang di rumah sendirian? Yang jelas bukan sejenis lelembut dan semacamnya. Sejak memutuskan bekerja sendiri alias jadi freelancer dan tinggal di Jakarta untuk ikut suami, aku praktis sering di rumah sendiri. Memang sih, suamiku kadang libur dan masuk siang. Tapi kalau dia mesti masuk pagi dan pulang pas aku sudah mau tidur, sepanjang hari aku ditemani oleh penyiar radio plus acara-acaranya. Selain itu aku jadi hapal dengan iklan-iklan di radio. Lalu jam berapa saja ada berita, jam berapa penyiar radio mulai kumat konyolnya sehingga aku senyum-senyum sendiri di depan komputer.
Nah, salah satu iklan radio yang aku sukai adalah iklan Bank Danamon. Kira-kira begini nih kata-katanya:
"Gimana, sudah kamu pilih calon suamimu?"
"Belum, Bu."
"Elho, calon yang waktu itu gimana?"
"Yang teman SMA-ku itu?"
"He eh ... dia itu hebat lo. Kalo kita mau punya rumah bisa, mau punya motor bisa, mau punya kios di pasar, juga bisa. Pokoknya serba bisa."
"Memangnya dia pengusaha apa, Bu?"
"Lebih hebat malah. Kalau ada yg mau membesarkan usaha, bisa."
"Dia itu hebat lo. Dia ada di mana saja. Enerjik, jujur, tulus, berdedikasi
"Begitu hebatnya. Kerja di mana dia?"
"Di Danamon."
Pertama kali aku mendengar iklan itu, aku tidak menyangka kalau itu iklan bank. Dan aku tidak bisa menebak, kira-kira itu iklan produk apa. Tapi ternyata itu iklan bank.
Menurutku iklan itu menarik. Tidak seperti iklan-iklan lain yang memperkenalkan produk suatu perusahaan, iklan Bank Danamon itu mengiklankan para pegawainya. Dalam bayanganku, perusahaan yang para pegawai yang diiklankan di media massa tentu perusahaan yang bersih. Hal ini mengingatkanku pada obrolan di I-Radio dengan KPK setiap hari Selasa. Dari obrolan itu aku tahu bahwa orang-orang di KPK itu tak pernah menyentuh game saat di kantor. Juga tak pernah memakai fasiltas kantor untuk kepentingan pribadi. Mereka tak pernah menggunakan telepon kantor untuk mengecek apakah Adik sudah pulang sekolah atau belum. Dan kupikir, kendaraan KPK akan berjajar rapi di garasi kantor saat tak digunakan untuk bertugas. Aku membayangkan, tingkat kepercayaan antar pegawai--baik yang posisinya setara maupun antara atasan dan bawahan--di perusahaan atau instansi yang seperti itu sangat tinggi. Itu berarti tak ada main belakang, semua transparan. Semua aturan jelas. Bersih. Tak perlu lagi merasa iri karena semua mendapat perlakuan yang sama. Si bos pun tak perlu menjelaskan kenapa dia selalupergi dengan si A, karena semua bawahannya percaya si bos selalu transparan. Bersih. Yang dikatakan A, maka A pula yang akan dilakukannya. Tak perlu saling berkhobah untuk menyindir dan membuat sadar karyawan yang molor.
Aku tak pernah bekerja di Danamon dan mungkin aku juga tidak menjadi bagian dari KPK (walaupun belakangan ini ada lowongan di KPK). Tapi aku membayangkan, pasti bangga menjadi karyawan di suatu perusahaan yang tingkat kepercayaan antar karyawannya tinggi, yang bersih, yang tak ada ganjelan di sana-sini. (Perusahaan yang seperti itu tidak ada hubungannya dengan perusahaan yang memegang nilai-nilai suatu agama tertentu. Kita sendiri tahu, Indonesia ini kan "beragama" sekali. Tapi apa yang terjadi? Kita masih melihat masih terjadi kekacauan di sana-sini.)
Tapi tunggu sebentar, apa iya sih kita ingin perusahaan kita bersih? Seberapa besar keinginan kita untuk benar-benar efektif di tempat kerja? Sebenarnya ini enggak mudah. Soalnya, kalau kita ingin benar-benar bersih dan efektif, itu berarti kita mesti menghapus semua game di komputer kita. Kita juga tak bisa membawa kamera pulang untuk memotret anak kita yang sedang lucu-lucunya. Kita juga tak bisa melenggang ke rumah dengan memakai motor atau mobil kantor--karena tak ada aturan yang mengatakan bahwa kendaraan kantor adalah fasilitas yang bisa dibawa pulang. Kita juga tak bisa main Friendster atau ngeblog pakai internet kantor. Hmmm ... siapa saja ya yang bakal protes dengan semua pembatasan itu? :p
Berhubung aku ndak punya kantor, bos, atau fasilitas kantor, jadi semua itu rasanya ndak terlalu ngefek. He he he. Dan kalau di kantormu, kamu masih bisa mengupdate blog, rasanya sah-sah saja kalau bosmu kadang-kadang main belakang. Kalau karyawan kencing berdiri, maka bos pasti kencing berlari ... ;)
Thursday, November 20, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment