Thursday, January 31, 2008

Pengennya Apa?

Iya, pengennya apa sih? Bingung kan, ujug2 tanya "Pengen apa?". Tapi sebenarnya apa sih yang sedang diomongkan?

Begini, kemarin sore aku sudah mancal sepeda motorku dan siap pulang. Tapi aku harus bersabar sebentar karena ada mobil yang akan lewat. Rupanya penumpang mobil itu baru saja mampir dari kantor sebelah, alias Mirota Bakery. Cari luar jendela mereka terlihat sebuah kardus kecil wadah kue. Lalu, si penumpang satu mencomot sebuah kue dan memasukkannya ke mulut. Nyam! Enak pasti. Roti yang dijual di Mirota memang enak, tetapi cukup mahal untuk ukuran kantongku. Untuk satu roti yg ukuran sedang, harganya hampir setara dengan jatah makan siangku. Padahal kalo makan kue saja, mana kenyang? Aku berpikir, wah enaknya makan kue sore-sore begini. Apalagi ndak usah pake mancal motor menembus angin sore yg dingin. Pasti seneng ya?

Kadang aku suka mengamati orang-orang yang ada di dalam mobil. Atau orang-orang yang bersliweran di jalan raya. Ada yang tertawa dengan kawan sebelahnya. Ada yg merengut. Ada yang tanpa ekspresi. Tapi kalau melihat orang yang tertawa, aku jadi ikut merasa senang. Lha, tapi kalau aku sendirian naik motor, aku kan ndak bisa tertawa. Maksudku, kalo aku tertawa sendiri, bisa-bisa dikira orang ndak waras nanti.

Nah, kupikir-pikir, kita ini sebenarnya kan cuma pengen seneng. Hidup senang. Bahagia. Kalau bisa, semuanya lancar. Pekerjaan lancar. Cari jodoh juga lancar. Kita pengen bisa tertawa lepas. Kita pengen bisa tersenyum tanpa ada yang disembunyikan di belakang. Lalu ketika melihat orang yang tertawa lepas dengan memakai baju bagus, mobil keluaran terbaru, kita berpikir, "Wah kayaknya enak ya kalau punya barang2 bagus. Aku pasti bahagia."

Tapi apa bener begitu?

Tadi pagi, aku baca artikel yang mengatakan bahwa pendorong yang paling sehat dalam hidup ini adalah Tuhan. Maksudnya, jadikanlah Tuhan itu sebagai gembala kita. Kita cukup mengarahkan hidup demi dan semata-mata hanya untuk Dia.

Wah, kok kayaknya hidup ini jadi paradoks ya? Lalu, sebenarnya aku ini pengen apa sih? Apa sih yang jadi pendorong terbesarku? Apa coba?

(Padahal aku baru saja merasa agak-agak jealous dengan temanku yang kariernya cemerlang kaya bintang di atas langit sono .... Hehehe. Kenapa rasanya itu terasa penting, ya? Tapi apakah itu memang penting? Apakah nanti aku bisa membanggakan diri di hadapan Tuhan bahwa aku sudah bekerja di ...., gajiku sudah segini lo, Tuhan. Apa ada gunanya ya?)

2 comments:

Anonymous said...

Tulisanmu ini sejuk jhe Kris...
Nek wingi kowe rodo galak neng tulisanmu saiki jadi sejuk banget....

Aku setuju banget dengan apa adanya kamu. Dengan segala kecemburuannya dengan segala kelemahan yang ada....

Sing penting, jalani saja! Yuk, jalan!

Eugenia Gina on 8:37 PM said...

mbak 'e salam kenal, ujung2nya emang balik ke tuhan kok, susahnya orang itu baru inget tuhan kl udah kepentok, kl masih senanng2 kiri kanan tuhannya kelupaan :D