Thursday, December 13, 2007

Siapa yang Beli?

Beberapa bulan yang lalu, aku dan seorang sahabat jalan-jalan ke Bandung. Dan mampirlah aku ke Paris van Java. Niatnya sih nonton. Tapi setelah nonton, kami lapar. Makan apa ya? Lalu, demi memenuhi perut yang lapar, kami mencari tempat dan, tentunya, makanan yang sepertinya pas untuk mengisi perut yang sudah dang-dutan ini.

Keliling punya keliling, sebagian besar yang kami temukan adalah stand2 yg menjual barang mahal bermerek dan kafe-kafe yang makanannya kurang mengenyangkan. (Harap maklum, di dalam perut kami ada naganya, jadi butuh makanan porsi besar hehehe.)

Melihat itu semua kok aku akhirnya merasa capek ya. Aku juga jadi bertanya-tanya, siapa sih sebenarnya yang beli barang-barang mahal itu? Apa iya, semua benda mahal semacam tas, sepatu, handphone, dll itu, harus semahal itu? Apa iya sepotong kulit sintetis yang dijadikan tas itu harganya sampai ratusan sampai jutaan? He?

Aku jadi ingat, dulu pas aku dan beberapa teman main-main ke mal, temanku naksir sepatu yg harganya beberapa ratus ribu. Buat kami, itu harga yg mahal. Dia lalu bilang begini, "Wah, gajiku sebulan tuh ternyata cuma seharga 3-4 pasang sepatu ya!" Hehehe. Padahal, kami masuk hampir tiap hari. Dari jam 8 sampai jam 4. Belum lagi kalau ada yg lembur atau harus mengerjakan pekerjaan di rumah. Tapi ternyata kok semua itu cuma setara dengan 3-4 pasang sepatu, ya?

Lalu, kembali ke barang-barang bermerek yang nangkring di pusat perbelanjaan itu, siapakah yang membeli mereka? Kalau kami, karyawan yang rajin bekerja ini gajinya hanya cukup untuk ditukar 3-4 pasang sepatu, bagaimana dengan orang-orang yang sampai sekarang masih belum tahu mau makan apa besok pagi?

Sahabat saya yang menemani saya berjalan-jalan itu akhirnya bilang, "Dunia ini sebenarnya bisa bertahan hanya kalau kita hidup hemat." Betul juga. Lha kalau dipikir-pikir, salah satu alasan mengapa keadaan bumi ini makin sekarat kan karena kita terlalu tamak. Tidak hemat. Iya to?

1 comments:

Pojok Hablay on 5:26 PM said...

mungkin yang lebih tepat bukan "siapa yang beli" karena memang ada yang beli kok. serius. tapi lebih ke, kok bisa ada yang beli di saat katanya sebagian besar dari kita ngebayangin beli aja udah gak mungkin....