Friday, March 10, 2006

Mi Gosong

Perkenalanku dengan mi gosong awalnya karena belakangan ini mulutku pengennya ngemiiiil ... melulu! Dan ini diimbangi dengan perutku yang mendadak gampang laper. Jam-jam laper itu kayaknya sudah jadi jam biologisku deh. Pagi, jam 10-an, pasti perutku diem-diem sudah mulai minta jatah. Kadang sih aku turuti kemauannya kalau ada ibu tenongan dateng. Tapi belakangan sudah enggak. Kupikir-pikir agak boros juga sih kalau saben hari beli jajan. Kalau sehari seribu aja, sebulan minimal sudah 20-an ribu (minus hari Minggu dan Sabtu). Trus, nanti sore jam 4-an, perutku juga minta diisi lagi. Duh!!

Dan kemarin sore, pas lagi laper-lapernya, Tesa yang belakang ini sentrap-sentrup sepulang dari Jakarta (hey, non ... benernya ninggal siapa sih di Jakarta? hihihihi!), pengen makan juga untuk minum obat. Jadi klop deh! Trus, jadilah kami berempat memutar otak untuk mencari makanan yang enak dan pas di mulut. Kemarin sih temanya: Bukan bakso ayam depan Gramedia atau mi ayam depan Santika. Bosen. Cari variasi.

Hmmm ... berbagai pilihan mulai digelar:
sate padang
sate babi (di) Ketandan
nasi goreng belakang pasar
dan ... mi gosong!

Mulanya sih kita-kita milih sate babi Ketandan. Kabarnya enak. Dan kita belum pernah nyoba. Tapi pas sudah lewat sana, kok kayaknya enggak terlalu menarik, ya? Trus, akhirnya pilihan dijatuhkan pada mi gosong.

Sebenarnya kayak apa sih mi gosong itu? Jangan-jangan pait-pait gitu rasanya kayak pas aku masak mi sampai gosong? Lagian, kok aku baru denger sekarang ya nama menu itu. Kupikir, mi itu dijual di warung tenda. Trus, pengunjungnya banyak banget. Berjubel. Kayak mi ayam di depan Santika.

Sepanjang jalan aku bertanya-tanya, di mana sih tempat mi gosong itu. Kata Widi sih di dekat Radio Retjo Buntung. Tapi sebelah mananya ya? Kok enggak pernah tahu. Padahal dulu aku cukup sering kali lewat daerah situ. Aku mencoba menelusuri jalan itu dengan ingatanku. Tapi yang kuingat adalah sederetan kios penjual daging sapi, beberapa rumah yang kecil, dan jalanan yang sempit. Lalu di mana sih yang jual mi gosong itu?

Dan pas sampai di sana, aku kaget juga. Ternyata tempat jualannya seperti ini? Mi gosong itu ternyata dijual di sebuah rumah kayu yang sudah tua. Sewaktu masuk, hidungku langsung menangkap bau hio. Hmmm ... bau yang khas pada rumah orang Cina. Dan aku suka sih bau hio yang lembut.

Aku mendapat "clue" seperti apa mi gosong itu. Chinese food. Sip lah kalau begitu! Aku memang suka masakan Cina dari dulu. Mi-nya memang dibuat agak gosong-gosong sedikit, trus di atasnya dituangin irisan ikan, udang, dan sawi. Hmmm, nyam ... nyam! Enak banget! Kapan-kapan ke sana lagi ah ....

2 comments:

Boe on 6:24 AM said...

Nyam .. nyam .. nyam .. wah wah.. esuk2 marai ngelih ki ..
:)

Anonymous said...

wah sate b2 bikin ingat..wae
dan sate padang yang paling ku tidak suka bumbunya itu loh
hiii..ingat deh 2 tahun yang lalu