Thursday, May 07, 2009


Kangen

Rumah kakek-nenekku di Pakel, Umbulharjo, Jogja, sebenarnya salah satu rumah yang nyaman bagiku. Tapi itu duluuu. Dulu, sebelum Mbah Kung meninggal, sebelum Mbah Putri mulai sakit-sakitan, sebelum gempa di bulan Mei 2006 melibasnya habis. Masih terekam dalam ingatanku, rumah itu selalu tampak hijau. Berbagai tanaman menyapaku dengan hangat begitu aku masuk ke halaman rumah itu.

Dulu di pinggir halaman itu ada pohon jambu bol. (Duh, apa ya bahasa Indonesianya? Aku agak geli sebenarnya menyebut nama jambu itu. Hihihi) Lalu di sebelahnya ada kolam kecil. Awalnya diisi ikan lele, tapi kemudian diganti dengan ikan mas. Aku paling suka kalau kolam itu dikuras. Itu berarti aku bisa masuk dan keceh di situ sambil menangkapi ikan-ikan untuk dimasukkan ke dalam ember. Atau kadang, saat semuanya tidur siang, aku akan mengambil sepotong roti tawar dari lemari makan, lalu aku akan berlari ke pinggiran kolam itu dan memecah-mecah roti untuk dijadikan pakan ikan. Akhirnya kolam yang sudah bersih itu pun jadi kotor lagi dan sepertinya ikan-ikan di situ jadi tak berselera makan lagi. Ha ha ha.

Rumah Pakel menjadi agak kurang terurus ketika Mbah Putri mulai sakit-sakitan. Rumah itu mulai berdebu. Tanaman di halaman juga mulai berkurang. Kini, rumah itu ambruk dan belum diperbaiki lagi setelah diterjang gempa.

Jujur saja, aku merindukan rumah Pakel yang dulu. Yang masih asri dan terawat dengan baik. Tapi bagaimana mungkin aku menghadirkan rumah Pakel yang dulu? Mbah Kung dan Mbah Putri sudah meninggal. Dan sejak mereka tiada, rumah itu seperti kehilangan rohnya. Belakangan, sebelum kena gempa, rumah itu sangat tidak terurus. Apalagi sekarang, rumah itu hanya tinggal puing-puing. Tak ada yang bisa mengembalikan keceriaan rumah itu sepertinya.

Rumah Pakel mengingatkanku bahwa masa lalu kadang hanya bisa dikenang tapi tak bisa dikembalikan lagi. Bahkan ketika aku kembali mengunjungi tempat yang menyimpan masa lalu itu, semuanya sudah berubah.

Hal itu mengingatkanku akan hal lain, yaitu kenangan saat aku masih sebagai seorang karyawan biasa di sebuah penerbitan kecil di Jogja. Kadang aku kangen ikut tertawa terbahak-bahak dengan teman-teman yang suka bercanda. Kadang aku kangen mengobrol dengan teman sebelahku--mengobrolkan resep masakan sampai soal pasangan hidup hehe. Tapi itu dulu. Aku sekarang merasa semuanya berubah. Ada yang hilang. Ada yang kemudian tak bisa dibicarakan lagi--tampaknya.

Aku kangen sebenarnya. Tapi jika yang dikangeni sudah berubah, mau bagaimana lagi? Mungkin lebih baik aku merayakan saat ini--saat yang ada depan mataku. Semuanya harus disyukuri kan?

#Gambar diambil dari sini

3 comments:

edratna on 5:17 AM said...

Kangen masa lalu?
Awal pindah rumah sendiri, saya sibuk berkutat mengurus tanaman di lahan sempit, hanya 1 x 2 meter persegi. Lama2 kesibukan mulai muncul...dan sekarang udah lumayan jika seminggu sekali mendangir, dan merapihkan tanaman, terkadang hanya diserahkan si mbak.

Namun, saya juga berpikir, jika saya tak ada nanti, anak-anakku tak ada yang suka tanaman, yang bungsu takut semut, dan binatang melata lain. Yang sulung cowok, isterinya juga tak terlalu suka tanaman. Anakku maupun menantuku hanya suka mengurusi kabel-kabel dan komputer. Ya sudah, yang penting adalah rumah yang sehat, penghuninya sehat dan bahagia.

DV on 5:21 AM said...

Hmm, aku ki podo karo kowe, suka gimanaa gitu kalo ngomongin soal kenangan.

Tapi ya mau gimana lagi, kita itu lemah, bahkan untuk menguasai masa lalu saja kita tak diberi kuasa :(

Mending memang melakukan hal sebaiknya yang sekarang harus dilakukan, toh masa kini juga akan jadi kenangan juga..:)

krismariana widyaningsih on 6:37 AM said...

@ Edratna
Iya Bu, lagi kangen rumah kakek dan nenek saya dulu nih.

@ DV
Hehehe, gek kumat melankolis'e Don!