Monday, November 12, 2007

Hujan

Hujan. Mendung. Dua hal itu kadang dengan mudah membuatku membatakan rencana. Takut kehujanan, alasanku.

Lalu, ketika melihat mendung yang begitu pekat dan hujan yang mulai turun, aku pun dengan mudah merasa "blue". Rasanya jadi males. Lalu ingat kejadian-kejadian masa lalu yang kurang menyenangkan di bulan yang penuh mendung ini. Hmmmfff!

Betapa mudahnya aku dipengaruhi oleh hal-hal di luar diriku. Padahal, kalau dipikir-pikir, apakah hari yang cerah jauh lebih baik daripada hari hujan? Mungkin, bagiku memang iya. Soalnya aku bisa main ke mana-mana tanpa takut kedinginan dan kehujanan. Hehehe. Tapi bukankah hujan juga diperlukan oleh para petani? Kalau panen mereka gagal, kita juga yang kena imbasnya.

Lagi pula, bukankah setiap hari aku belajar bahwa sukacita yang sejati itu muncul dari dalam batin kita? Kurangkah kasih karunia Tuhan sehingga aku mesti bersungut-sungut karena sesuatu yang terjadi di luar diriku seperti hujan dan mendung?

Tuhan, bantulah aku untuk selalu mengarahkan pandangan kepada Engkau ...

3 comments:

Pojok Hablay on 11:53 PM said...

aku malah suka kalau cuaca mendung, rasanya jadi alasan yang pas buat minum hot chocolate :)

jadi, adalah di otak kita untuk bilang itu positif atau negatif

Oni Suryaman on 6:15 PM said...

Aku tau kamu suka ngapain kalau lagi hujan :p

Hendri Bun on 8:39 PM said...

Aku suka hujan. Melihat mereka terjun bebas dari angkasa yang tak terjangkau menghadirkan kekaguman akan sang Dia yang menciptakannya. Apalagi malam hari, di bawah sorotan sinar lampu mereka terlihat begitu indah dan anggun membasahi bumi. Mereka sangat berirama, layaknya sebuah orkestra dengan dirigen Maha Kuasa membentuk serangkaian alunan yang bersenandung begitu merdu, menghadirkan nuansa damai, tentram, dan tenang dalam dekapan sang Khalik.

Sering aku menyempatkan diri untuk termenung di depan kaca. Tiada maksud lain sekedar untuk melihat mereka jatuh, hinggap, dan secara perlahan mengalir membentuk sebuah alur sebelum mereka pecah dan bergabung dengan alam. Merefleksikan dan bertanya-tanya, apakah hidup ini juga seperti itu? Dilahirkan, mendamparkan diri dalam sebuah wacana yang dinamakan dunia, melewatkan hari demi hari membentuk sebuah aliran yang dinamakan cerita hidup, hingga akhirnya bersatu kembali bersama alam dengan sebuah peristiwa: kematian.

Waduh ... kok malah bicara tentang hujan yah hehhe...

Kunci mood kita adalah di pikiran kita. Kalau kita sekali saja terjerat masuk ke mood jelek dalam sebuah situasi, secara tidak langsung alam bawah sadar kita akan mencatatnya sehingga saat situasi itu datang lagi, mood yang sudah terbentuk jelek tersebut dipastikan muncul juga.

Oala ... semoga tidak bingung yah membaca komen kumat-ku ini. karena aku juga sudah mulai bingung mau ketik apa hahaha ...

Intinya: have a nice day yah Kris ...